1.541 KUS Terbentuk,Dindik Jatim MOU Dengan Bank UMKM Guna Kembangkan SMA Double Track

Nasional

SURABAYA,Harnasnews – Dalam pengembangan dan penguatan program SMA Double Track (DT),Dinas Pendidikan Jawa Timur melakukan kerjasama dengan Bank UMKM Jatim.

Pada sistem belajar berbasis KUS ini, siswa dipersilahkan membentuk kelompok berdasarkan bidang keterampilan yang diikuti dan diberi nama KUS.

Ada 1.541 KUS telah terbentuk, diantaranya KUS Hunting Shoot, KUS Pixel SRD, KUS Sogun, KUS Couscous.

Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Wahid Wahyudi mengungkapkan pembentukan KUS dilakukan dalam rangka memacu siswa agar segera melakukan aksi nyata.

Dalam kelompok-kelompok kecil, antar siswa akan cepat solid dalam berkarya. Kehadiran beberapa KUS di satu sekolah juga akan memunculkan kompetisi maupun kolaborasi yang sehat di antara mereka. Masing-masing KUS terpacu untuk menunjukkan eksistensi dan kemandiriannya.

“KUS ini mirip dengan UMKM, yang berbeda, pelakunya adalah siswa yang tergabung dalam program SMA DT,” terangnya, Rabu (10/8) usai penandatanganan MoU di Dinas Pendidikan Jawa Timur.

Dalam satu sekolah penyelenggara DT dapat dibentuk sejumlah KUS sesuai kebutuhan dan hasil kesepakatan siswa. Kelompok KUS biasanya memiliki anggota dengan keterampilan sejenis, misalnya kelompok tata boga atau kelompok tata busana.

“Tapi tidak menutup peluang KUS ini beranggotakan lintas bidang keterampilan. Umumnya KUS cenderung homogen, tetapi mereka tetap bersinergi dengan bidang lain bila membutuhkannya. Misalnya KUS tata boga minta bantuan kepada KUS desain grafis untuk dibuatkan kemasan produk dan desain mereknya,” urainya.

Pada dasarnya KUS yang dibentuk, dilatih dan dikembangkan dalam program DT untuk memperoleh pendapatan dan kemandirian siswa yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.

“Mereka beranggotakan 5 – 6 siswa SMA Double Track. Target setiap KUS dapat membuat rencana usaha yang diimplementasikan dan mampu membuat produk atau jasa, mengemas, dan memasarkannya baik secara online maupun offline,” jelas Wahid.

Adanya KUS ini dikatakan Wahid guna mempercepat kemandirian siswa dan alumni, pada program SMA DT. Salah satunya dengan menggandeng bank UMKM sebagai mitra kerjasama untuk melakukan rintisan pembiayaan bagi KUS yang potensial untuk dibina dan dikembangkan lebih lanjut.

“Pola pembiayaan usaha rintisan KUS ini telah diawali dengan uji coba pembiayaan KUS pada akhir tahun ketiga pada beberapa KUS di SMAN 1 Sarandan. Pada tahun ini setelah ada MoU diharapkan semakin banyak KUS yang mendapatkan akses permodalan dari bank UMKM,” terangnya.

Dijelaskan Wahid, pada prinsipnya KUS memiliki tiga fungsi yang disebut 3E yaitu enlightenment, experience, dan empowerment. Lebih jelas, fungsi enlightenment pada program DT memberi wawasan baru tentang entrepreneurship yang dapat diandalkan sebagai tumpuan hidup sukses di masa depan.

Selanjutnya fungsi experience, di mana siswa DT akan memperoleh pengalaman baru dengan belajar keterampilan baru lalu mencoba membuat produk atau menawarkan jasa tertentu kepada masyarakat. Terakhir fungsi Empowerment, yakni pemberdayaan.

“Program DT memang upaya pemberdayaan, sehingga siswa yang tidak berencana
melanjutkan kuliah, karena alasan ekonomi ataupun akademik, akan tetap berdaya dengan bekal keterampilan dan usaha rintisan yang dilakukan selama mengikuti DT,” jelasnya.

Wahid berharap melalui KUS berharapkan siswa dapat menumbuhkan semangat kolaborasi, mengembangkan ide, produk, dan bisnis rintisan.

Sementara itu,Kepala Bidang Pembinaan SMA Dindik Jatim, Ety Prawesti menambahkan pendekatan baru berbasis KUS, terbukti membuat program DT semakin lebih efektif dan gesit kiprahnya.

“Dengan berbasis KUS ternyata lebih efektif. Saya lihat peserta DT menjadi lebih kreatif. Mereka bisa membuat planning dan produk dengan lebih bagus. Kalau berjalan sendiri-sendiri, bila siswa ada hambatan atau ada kemacetan tidak ada teman diskusi. Dengan berkelompok siswa bisa saling mengisi dan saling melengkapi. Mereka bisa saling mengoreksi dan memberi ide untuk menjadi KUS yang baik,” katanya.

Menurutnya, pendekatan KUS bukan hanya cocok untuk masa pandemi, tetapi pasca pandemi.

“Sejak bulan April sampai September masing-masing KUS ini telah ditempa dengan beberapa program yang terstruktur dan terencana,” ujarnya.[PUL]

Leave A Reply

Your email address will not be published.