
TAKENGON, Harnasnews — Di balik tembok tinggi dan jeruji besi, semangat kemanusiaan tetap hidup di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Takengon. Kamis (23/10/2025), suasana haru menyelimuti dua rumah sederhana di Takengon ketika petugas Rutan datang membawa paket bantuan bahan pokok untuk keluarga Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang tengah berjuang menghadapi tekanan ekonomi.
Bukan hanya sekadar menyerahkan bantuan, kegiatan bakti sosial (baksos) ini menjadi wujud nyata empati dan kepedulian petugas pemasyarakatan terhadap keluarga para WBP yang kerap terlupakan.
Kepedulian yang Menembus Tembok Pemasyarakatan
Kepala Rutan Takengon, Rusli, menyampaikan bahwa kegiatan sosial ini merupakan bagian dari program pembinaan dan pemberdayaan sosial di bawah arahan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
“Bantuan berupa bahan pokok ini adalah bentuk kepedulian kami terhadap keluarga Warga Binaan yang membutuhkan. Kami ingin menunjukkan bahwa Rutan tidak hanya berfokus pada pembinaan di dalam, tetapi juga memberi perhatian pada kehidupan keluarga mereka di luar,” ungkap Rusli dengan nada tulus.
Paket bantuan yang dibagikan berisi kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, gula, dan bahan pangan lainnya — sederhana namun penuh makna bagi keluarga penerima.
Salah satu penerima bantuan, seorang ibu rumah tangga yang suaminya tengah menjalani masa hukuman di Rutan Takengon, tak kuasa menahan haru.
“Saya sangat bersyukur. Bantuan ini datang di saat kami benar-benar membutuhkannya. Terima kasih kepada pihak Rutan yang sudah peduli,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Bagi keluarga WBP, perhatian kecil seperti ini berarti besar. Di tengah keterbatasan ekonomi dan stigma sosial, hadirnya petugas Rutan membawa secercah harapan dan rasa bahwa mereka tidak dilupakan.
Kasubsi Pelayanan Tahanan Rutan Takengon, Niko, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar formalitas, melainkan gerakan nyata untuk menghidupkan nilai solidaritas dan kemanusiaan di lingkungan pemasyarakatan.
“Kami ingin menegaskan bahwa lembaga pemasyarakatan bukan hanya tempat pembinaan narapidana. Kami juga bagian dari masyarakat yang harus hadir dan berkontribusi bagi sesama,” ujarnya.
Menurutnya, baksos ini menjadi wadah membangun hubungan emosional antara petugas pemasyarakatan dan masyarakat, sekaligus menepis stigma negatif tentang dunia pemasyarakatan yang sering dianggap tertutup dan keras.
Program sosial yang dilakukan Rutan Takengon ini sejalan dengan semangat “Pemasyarakatan PASTI” Profesional, Akuntabel, Sinergi, Transparan, dan Inovatif yang kini menjadi arah baru sistem pemasyarakatan di Indonesia.
Dengan semangat kebersamaan, Rutan Takengon berkomitmen untuk terus melanjutkan kegiatan serupa di masa mendatang, menyasar lebih banyak keluarga yang membutuhkan.
“Kami berharap aksi sosial ini menjadi inspirasi bagi semua pihak. Bahwa di balik seragam dan tembok rutan, ada hati yang peduli,” pungkas Rusli. (Zulmalik)
