Rela Antre di Bawah Terik Hingga Malam Hari,, Kisah Warga Tanah Jambo Aye Demi Sepaket Beras Bantuan Bulog

ACEH UTARA, Harnasnews — Matahari belum tinggi ketika puluhan warga mulai berdatangan ke Gampong Meunasah Panton, Dan Halaman Kantor Camat Tanah Jambo Aye. Sebagian membawa payung, sebagian lagi hanya berteduh di bawah pohon. Mereka datang dengan harapan bisa pulang membawa beras dan minyak goreng bantuan sembako Bulog yang sangat berarti di tengah harga kebutuhan yang terus merangkak naik. Namun yang terjadi di lapangan justru meninggalkan cerita lelah, sesak, dan kecewa.

Menjelang pukul 9 pagi, antrean semakin panjang. Warga dari berbagai gampong mulai memadati lokasi. Titik pembagian yang sempit membuat mereka berdesakan. Para ibu memegang erat undangan di tangan, sementara lansia duduk beralaskan koran, menunggu giliran.

“Dari jam tujuh saya sudah di sini, tapi sampai siang belum juga dipanggil.” ujar seorang warga perempuan, suaranya nyaris tenggelam dalam riuh antrean. Selasa, (18/11/2025).

Proses registrasi menjadi titik awal penumpukan. Setiap warga harus melalui pendataan dan penyetempelan kartu penerima sebelum mengantre kembali untuk mengambil paket sembako. Dua kali antrean, dua kali ketegangan.

Salah seorang pria setengah baya yang enggan menyebutkan namanya terlihat menahan kesal. Ia meluruskan baju yang kusut karena berdesakan sejak pagi.

“Kami datang sesuai jadwal, tapi prosesnya lambat sekali. Kalau bisa dipercepat, kenapa harus dipersulit?” katanya.
“Program ini bagus, tapi jangan sampai kami terasa seperti pengemis.”

Ia juga menyinggung persoalan lain yang banyak dikeluhkan warga: ketidaksesuaian data antara undangan dan daftar penerima yang dibawa panitia. Nama yang tercantum di undangan tak selalu ada di daftar, membuat proses verifikasi memakan waktu berlipat ganda.

Menjelang pukul 18.00 WIB, panitia menghentikan pembagian. Namun, masih banyak warga yang belum mendapatkan giliran. Raut wajah mereka terlihat lelah namun enggan pulang karena takut kehilangan kesempatan.

Beberapa ibu berdiri sambil menggendong anak, menunggu keputusan panitia. Setelah salat Magrib, pembagian dilanjutkan kembali di Meunasah Panton, membuat suasana semakin kacau karena penerangan yang terbatas dan kerumunan yang semakin tak terkendali.

Sementara itu, di titik pendistribusian lainnya, Kantor Camat Tanah Jambo Aye pembagian dihentikan total setelah Magrib dan tidak dilanjutkan lagi, meninggalkan banyak warga tanpa kejelasan.

Ketua panitia, Fahri, mengakui bahwa pihaknya kewalahan.

“Kami mulai bekerja dari pukul sembilan pagi. Biasanya hanya membagikan beras. Kali ini ditambah minyak goreng, jadi prosesnya lebih lama,” ungkapnya.

“Jumlah penerima ribuan, jadi kami pisahkan antrian laki-laki dan perempuan untuk mempercepat.”

Di lokasi, dua truk cold disel teparkir satu untuk laki-laki, satu untuk perempuan berdiri berdampingan. Namun pemisahan jalur itu tak sepenuhnya membantu, karena volume warga tetap melebihi kapasitas tempat pembagian.

Bulog: “Ini Hari Pertama, Kita Akan Evaluasi”

Kepala Cabang Bulog Aceh Utara, Iqbal, menegaskan bahwa pihaknya belum sepenuhnya memprediksi dampak penambahan paket bantuan.

“Kemarin hanya beras, hari ini ada tambahan minyak goreng. Jadi ritmenya berubah,” jelasnya.

“Target kita jam lima selesai. Tapi karena ini uji coba di hari pertama, kita akan evaluasi dulu sebelum melanjutkan ke kecamatan lain.”

Iqbal menegaskan bahwa tiap titik dua mobil truk telah dikerahkan, masing-masing dengan dua orang tim bongkar, namun sistem akan disempurnakan setelah melihat dinamika lapangan.

Bagi warga Tanah Jambo Aye, bantuan sembako Bulog ini bukan sekadar program pemerintah melainkan penyambung hidup. Namun sistem yang berjalan lamban, tidak tertib, dan kurang ramah kepada masyarakat rentan membuat banyak dari mereka pulang dan kembali lagi kelokasi setelah waktu shalat magrib dengan rasa letih dan kecewa.

Masyarakat berharap pembagian berikutnya tidak lagi menyisakan cerita lelah seperti hari itu. Bantuan yang seharusnya menjadi berkah, bukan beban. Di balik setiap antrean panjang itu, ada cerita keluarga yang menunggu di rumah, ada kebutuhan yang harus dipenuhi, dan ada harapan yang seharusnya tidak dipatahkan oleh sistem yang tidak siap. (Zulmalik/ Tim)

Leave A Reply

Your email address will not be published.