Aksesibilitas Fasum Bagi Disabilitas di DKI Belum Merata

Saat akan keluar halte, ia tidak bisa menemukan petunjuk ke mana arah yang seharusnya dituju. Bahkan dia hampir menabrak loket tiket.

“Kalau tidak dibantu penumpang lain, saya mungkin ga akan bisa keluar,” kata Solihin saat ditemui di Halte Juanda.

Tempat Ibadah

Kondisi serupa juga ditemui di fasilitas ibadah. Yogi belum menemukan masjid yang aksesibilitas bagi tuna netra maupun tuna daksa.

Saat akan beribadah, dia tidak menemukan petunjuk menuju tempat wudu serta tangga yang curam dan belum akses terhadap pengguna kursi roda.

“Teman-teman disabilitas, istilahnya kita mau soleh aja susah. Karena memang masih banyak rumah ibadah khususnya masjid yang belum memiliki aksesibilitas bagi kami. Jangankan mushala, masjid besar juga belum sepenuhnya akses,” katanya.

Menurut dia, aksesibilitas fasilitas publik bukan hanya diperuntukan bagi kepentingan penyandang disabilitas semata. Namun masyarakat nondisabilitas juga akan merasakan kenyamanan yang sama.

Ia berharap ke depan Pemerintah Provinsi DKI memiliki upaya serius dalam menyediakan ruang publik ramah disabilitas secara merata. Hal itu karena fasilitas umum merupakan milik bersama dan harus bisa menjangkau semua kalangan.

Aksesibilitas itu milik umum. Contoh ada portal S. Portal S itu untuk menghalau motor naik ke atas trotoar.

“Nah kalau itu semuanya diterapkan, pejalan kaki yang nondisabilitas juga aman. Artinya akses itu untuk semua,” kata dia. (Ant/Red)

Leave A Reply

Your email address will not be published.