Caleg PAN Diduga Lakukan Money Politik, Kantor Panwascam Digeruduk Massa

BULUKUMBA, Harnasnews.com – Pesta demokrasi hampir selesai dan kini memasuki tahapan perekapan suara, polemik pelanggaran pemilu pun muncul satu persatu. Salah satu kasus yang saat ini mencuat adalah soal dugaan money politik (politic uang) yang dilakukan oleh para caleg dengan timnya.

Dugaan money politik tersebut diduga dilakukan calon legislatif dari Partai Amanat Nasional (PAN)
Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, nomor urut 02 Hj. Nuraidah.

Akibat ulahnya yang diduga telah mencoreng citra partai tersebut, Aliansiakat Kindang Anti Money Politic melakukan unjuk rasa di sekretariat Panwascam Kindang terkait dengan dugaan politik uang yang dilakukan partai berlambang matahari itu.

Mereka menuntut agar Panwascam Kindang dan Bawaslu Kabuparen Bulukumba serius menindaklanjuti laporan-laporan masyarakat karena berbagai bukti kuat telah diserahkan ke Panwascam Kindang.

Menurut salah satu peserta aksi A. Taufik, bahwa perilaku politik uang sangat berbahaya bagi kelangsungan proses demokrasi, bagaimana tidak caleg yang tidak dikenal oleh masyarakat, dan tidak pernah terjun di Kindang, dan tidak jelas keberpihakannya untuk masyarakat kindang, namun memiliki banyak suara di kecamatan kindang.

“Ternyata dalam temuan masyarakat, mereka melakukan pembelian suara/money politic secara terang terangan,” kata Taufik baru baru ini.

Taufik meminta agar Panwascam dan Bawaslu Bulukumba betul betul melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya sesuai dengan amanat undang-undang dalam mengawasi pelaksanaan pesta demokrasi, termasuk menyikapi, menindaklanjuti temuan/laporan dan menindak penjahat demokrasi khususnya caleg yang melakukan money pilitik.

Peserta aksi lainnya A. Adnan mengungkapkan, bahwa kalau perilaku politik uang terus menerus dilakukan oleh para caleg kaya maka yang akan duduk di DPRD nanti adalah mereka yang hanya punya banyak uang dan para caleg potensial dan memiliki komitmen dalam memperjuangakan masyarakat Kndang akan terpinggirkan.

“Karena mereka tidak punya uang untuk membeli suara. Ini sangat berbahaya,” tuturnya. (K Bahtiar)

Leave A Reply

Your email address will not be published.