Dapat Picu Berita Hoax, Stop Istilah Sontoloyo dan Genderuwo

Norsy mengatakan, bahwa bahasa genderuwo dan sontoloyo menggambarkan referensi dan nilai-nilai seseorang. Karena kebiasaan berfikir dan kepentingan orang tersebut.

“Untuk itu bahasa itu dijadikan alat untuk memanipulasi situasi lewat penciptan kata-kata. Karena bahasa yang memanipulasi situasi dapat menimbulkan hoax,” ujarnya.

Dirinya tidak setuju dengan istilah cebong, kampret, maupun sontoloyo dan genderuwo ataupun istilah lainnya. “Karena sejak lama muncul kalimat tersebut tengah mengundang kontroversi,” ucap pengamat ekonomi senior tersebut.

Untuk itu ia mengimbau masyarakat agar tidak terbawa arus kata-kata.

“Mari kita belajar pertanggungjawabkan kata-kata. Karena segala frekwensi kita akan dipertanggungjawabkan, seperti frekwensi mata frekwensi pendengran dan frekwensi bukhul,” ucapnya. (Rel)

Leave A Reply

Your email address will not be published.