
Bambang pun menilai, ada beberapa variabel yang menjadikan sengkarut perpolitikan nasional saat ini. Di antaranya peran partai politik yang lemah karena tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Kemudian, adanya koalisi yang terlalu gemuk sehingga cenderung menimbulkan kekuasaan yang otoriter.
“Karena dalam teorinya, kekuasaan yang otoriter akan mendisfungsikan lembaga pemerintah lainnya. Seperti lembaga legislatif dan yudikatif. Tentu kita dapat lihat kondisi saat ini. Persoalan itu telah muncul. Bahkan dua lembaga itu kurang berfungsi efektif,” jelas Bambang.
Oleh karena itu, dalam menghadapi perubahan kondisi bangsa yang carut marut itu, baik itu di bidang hukum, eknomi dan politik, yang bisa diharapkan adalah bagaimana partai politik bersatu melawan hegomoni politik yang dikendalikan oleh kelompok tertentu.
Menurut dia, Partai Golkar satu-satunya partai yang memiliki sejarah panjang dalam membangun perpolitikan nasional yang mengedepankan stabilitas ekonmi. Namun pasca reformasi beberapa elite Golkar memilih mendirikan partai sendiri.
“Nah, saatnya tokoh-tokoh yang pernah besar di Golkar agar kembali bersatu. Seperti yang sekarng ada di Gerindra, Nasdem, Demokrat, Hanura. Kalau partai-partai tersebut dapat berkoalisi dengan Partai Golkar dalam menghadapi Pilpres 2024 kami berpandangan stabilitas ekonomi maupun politik dalam negeri kembali normal,” tandasnya.***