Idul Adha Dan Tajug Mangkurat, Jejak Toleransi Islam Nusantara Di Tanah Kudus.

Tentu, zaman telah berubah. Namun kisah ini tetap relevan dalam menjawab tantangan-tantangan zaman yang semakin plural dan penuh gesekan. Di tengah retaknya relasi antarumat beragama di banyak tempat, peristiwa Idhul Qurban di Tajug Mangkurat tahun 1549 menjadi pelajaran abadi tentang bagaimana kekuatan spiritual, bila disatukan dengan kearifan budaya, mampu merajut damai dan harmoni yang langgeng.
Idhul Qurban bukan sekadar tradisi menyembelih hewan, melainkan momentum untuk menyembelih keangkuhan kita, menyayat habis ego kita, dan membagikan kasih sayang dalam wujud paling nyata. Kisah Tajug Mangkurat mengajarkan bahwa agama tidak tumbuh dari menaklukkan orang lain, tetapi dari kemampuan menundukkan diri sendiri demi orang lain. Mari jadikan setiap hewan qurban sebagai saksi bahwa kita mampu merendah untuk meninggi, memberi untuk menjadi berarti, dan mencintai tanpa perlu menyamakan keyakinan.

Semoga semangat Tajug Mangkurat membimbing kita membangun peradaban yang lembut, kokoh, dan bercahaya. Di manapun kaki berpijak, semaikan damai. Di manapun tangan bergerak, bagikan kebaikan. Karena sebaik-baiknya qurban adalah ketika yang dikorbankan adalah keakuan, dan yang dibagikan adalah kemanusiaan.

Penulis :  Prasetyo , Founder Jagad Lawu. (Sunyoto)

Sumber :

1. Ahmad Sunarto, Sunan Kudus dan Dakwah Kultural Islam di Tanah Jawa, Penerbit LKiS, Yogyakarta, 2012.

2. Taufik Abdullah (ed.), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Wali Songo dan Penyebaran Islam di Nusantara, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2004.

3. Purwadi, Riwayat Sejarah dan Budaya Kota Kudus, Penerbit Narasi, Yogyakarta, 2008.

4. Hadiwijono, Religi Masyarakat Jawa: Dari Masa Hindu-Buddha ke Islam, Kanisius, 1983.

Leave A Reply

Your email address will not be published.