
“Setelah ditemukan kita perlu konfirmasi status gizi di puskesmas. Kalau di posyandu itu kan pengukuran dilakukan oleh kader, untuk menentukan status gizi itu dilakukan puskesmas. Itu akan ditemukan apakah balita ada risiko gizi lebih atau obesitas,” katanya, dikabarkan dari antara.
Lewat buku KIA, Daisy menambahkan orang tua akan mendapatkan edukasi atau konseling sesuai kebutuhan anak. Di samping itu, para kader posyandu juga bisa memberikan media edukasi lainnya baik melalui leaflet, poster maupun lembar balik.
Daisy berharap tidak ada orang tua yang menyepelekan pemeriksaan di posyandu, supaya tiap anak yang berisiko mengalami masalah gizi dan perkembangan bisa segera dirujuk dan diberikan penanganan.
Ia mengingatkan bahwa kondisi kesehatan seseorang amat dipengaruhi oleh empat faktor yakni perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan genetik. Penanganan obesitas akan lebih efektif jika dilakukan sejak dini, sehingga diharapkan orang tua sudah menerapkan pola hidup sehat yang dapat dicontoh oleh anak-anaknya di kemudian hari.
“Jadi orang tua (melalui buku KIA) juga bisa melihat pertumbuhan anak-anaknya apakah sudah sesuai normal, kurang atau lebih. Kalau ada masalah dengan gizi atau perkembangan nanti langsung dilakukan intervensi penanganan,” ucapnya. (qq)