
SUMENEP,Harnasnews – Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moh. Anwar (RSUDMA) Sumenep menegaskan komitmennya untuk terus berinovasi dalam mengoptimalkan pelayanan kesehatan.
Salah satu upaya adalah dengan serap informasi, mendengarkan aspirasi dari berbagai kalangan. Baik dari masyarakat umum, mahasiswa, organisasi masyarakat, hingga jurnalis, semuanya diberi ruang untuk berdiskusi dan menyampaikan kritik atau saran.
Direktur RSUDMA Sumenep, dr. Hj Erliyati M.Kes, menyatakan bahwa rumah sakit tidak pernah membatasi siapa pun yang ingin melakukan audiensi. Sebaliknya, keterbukaan menjadi bagian dari semangat pelayanan publik yang sedang dibangun secara berkelanjutan.
“Pada prinsipnya kami sangat terbuka pak, kepada siapapun, baik dari masyarakat umum, LSM, mahasiswa, komunitas, maupun media, bisa melakukan audiensi dengan kami. Tapi tentu saja harus tetap melalui prosedur yang berlaku,karena kalau tidak ada surat, mohon maaf belum bisa kita temui, karena ini sudah prosedur,” ujar Erliyati, Sabtu (19/07/25).
Erliyati menjelaskan bahwa prosedur tersebut cukup sederhana, yakni mengirimkan surat resmi permohonan audiensi. Surat tersebut perlu mencantumkan maksud dan tujuan, serta siapa saja yang akan hadir dalam forum. Dengan begitu, rumah sakit bisa mempersiapkan waktu, tempat, dan pihak internal yang relevan.
“Surat resmi itu penting agar kami bisa mempersiapkan bahan dan menghadirkan pejabat yang sesuai, bukan untuk mempersulit, justru untuk membuat diskusi berjalan efektif dan terarah,” Terangnya.
Perempuan yang dijuluki Srikandi Kesehatan Sumenep itu mengatakan, keterbukaan informasi di RSUDMA bukan hanya slogan. Hal itu diwujudkan dalam berbagai kesempatan dialog yang telah dilakukan bersama sejumlah pihak selama ini. Baik dalam bentuk audiensi formal maupun komunikasi nonformal, rumah sakit selalu berusaha hadir dengan sikap responsif dan solutif.
“Kami selalu menekankan pentingnya sikap menerima dan keterbukaan terhadap kritik dan saran,karena menurut saya itu penting untuk memaksimalkan pelayanan kita kepada masyarakat,” jelasnya.
Erliyati juga mengungkapkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, berbagai pihak telah memanfaatkan ruang audiensi ini—mulai dari aktivis kesehatan, tokoh masyarakat, hingga jurnalis. Semuanya diterima tanpa tebang pilih, selama prosedur diikuti dengan baik.
“Saya selalu menyampaikan bahwa rumah sakit ini adalah milik bersama. Jadi sudah sepatutnya kami mendengarkan suara masyarakat. Tapi tentu semua tetap perlu jalur dan etika komunikasi yang baik,” Tukasnya.(HR/Zham)