Potensi Ekonomi Digital Indonesia Diprediksi Terus Bertumbuh

Nasional

JAKARTA, Harnasnews.com  – Potensi ekonomi digital Indonesia diprediksi akan terus bertumbuh mencapai 124 miliar US dollar pada akhir tahun 2024. Hal ini mengacu pada tingkat pertumbuhan social enterprise mencapai 5 persen di akhir tahun 2019 ditambah ada sekitar 64 juta UMKM yang beroperasi di Indonesia dimana 15 juta UMKM diantaranya sudah onboarding (go digital).

Demikian mengemuka dalam webinar bertajuk Potensi Sociopreneuership di Era Digital yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa (31/8). Webinar via zoom yang  diselenggarakan DPR bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) diikuti 150 mahasiswa dari wilayah Sumatera Utara dan sebagian wilayah Jabodetabek menghadirkan Ketua Komisi 1 DPR Meutya Hafid sebagai keynote speaker, Dirjen Aptika Kemenkominfo, Semuel Abrijani dan Founder and CEO of Semut Sumut, Yoga Adjie Driantama sebagai narasumber.

Dalam paparannya, Semuel Abrijani mengatakan jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna atau naik 15 persen di tahun sebelumnya. Dimana dari angka itu, 78 persen pengguna internet mengakses aplikasi berbelanja online setiap bulannya dan 79,1 persen diantaranya melakukan setidaknya satu kali pembelian online melalui gawainya tiap bulannya.

“Dari data-data ini, potensi ekonomi digital Indonesia diprediksi akan terus bertumbuh mencapai 124 miliar US dollar pada akhir tahun 2024,” ujarnya.

Semuel Abrijani menjelaskan socio entrepreneur erat kaitannya dengan pilar ekonomi digital dan masyarakat digital. Dengan kata lain, lanjut dia, untuk mengembangkan talenta digital dengan kemampuan yang tidak hanya mampu untuk memanfaatkan teknologi untuk kebutuhan profit, tetapi juga untuk memberikan dampak sosial bagi lingkungam di sekitarnya.

Sementara itu Ketua Komisi 1 DPR, Meutya Hafid mengatakan socioprenuership tidak hanya harus berpusat pada keuntungan saja, tapi juga adanya pemberdayaan masyarakat. Di samping itu, sociopreneurship merancang bisnis agar dapat menjadi masalah sosial.

“Beda dengan CSR yang hanya kewajiban hukum. Sociopreneur lahir dari sosok atau komunitas yang ingin membuat dampak positif,” katanya.

Sama halnya seperti paparan yang disampaikan Semuel Abrijani, politisi perempuan Partai Golkar itu menilai anak muda bisa dikatakan sebagai pelopor wirausaha. Dimana, dari data sensus penduduk tahun 2020, penduduk Indonesia didominasi oleh generasi Z dan milenial.

“Dari data survei herbalife nutrition pada tahun 2021, 72 persen generasi Z dan milenial di Asia Pasifik termasuk Indonesia bercita-cita memiliki bisnis sendiri menjadi pengusaha,” ujarnya.

Sementara itu, Founder and CEO of Semut Sumut, Yogi Adjie Driantama menjelaskan, lembaga yang dikelolanya memberikan pendidikan gratis berbasis lifeskill kepada anak putus sekolah.

“Tujuannya agar setelah selesai belajar anak-anak tersebut bisa punya nilai jual untuk bersaing di industri kreatif dan dampak terjauhnya agar bisa meningkatkan taraf hidup keluarganya,” kata Yogi.

Leave A Reply

Your email address will not be published.