Sering Tangisi Kebijakan Ahok, Syarif Tak Ingin Jadi Beban Sejarah

“Apa yang saya ceritakan dalam buku ini adalah pengalaman, karena itu kemudian bila ada yang keberatan dengan tulisan saya. Silakan dibantah,” tegasnya.

“Saya pikir semua orang yang hadir di sini pernah ketawa, tersenyum dan menangis juga. Namun konteks politik yang saya ceritakan dalam buku itu memang adalah tangisan saya dalam menghadapi kebijakan pemerintah, terutama sahabat saya Gubernur DKI Jakarta saat itu Basuki Tjahaja Pyrnama,” ujar Syarif.

Dia mengatakan, seharusnya Ahok turut hadir dalam acara itu untuk memberikan sambutan. Namun karena berhalangan hadir, dia akhirnya menitipkan salam kepada para tamu undangam, terutama kepada Anies.

“Harusnya sahabat kita hadir, tapi karena berhalangan jadi dia nggak hadir dan menitipkan salam untuk pak Anies dari Ahok,” tambah pria yang juga menjadi Sekretaris Komisi D DPRD DKI Jakarta ini.

Dalam kesempatan itu Syarif mengenang, ada beberapa kebijakan Ahok yang membuatnya menangis hingga menimbulkan kritik dari berbagai pihak. Salah satu kebijakan yang paling dia ingat adalah rencana Ahok untuk membubarkan angkatan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di tubuh Pemprov DKI Jakarta.

Kebijakan itu membuat sejumlah aparatur sipil negara (ASN) jebolan IPDN yang mengeluh, hingga mendatangi ruang kerjanya. “Menurut saya, kebijakan Ahok itu istilahnya kebijakan bangun tidur. Jadi, setelah bangun tidur langsung bikim kebijakan, sehingga banyak orang yang tersakiti,” ungkapnya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswesdan mengapresiasi buku autobiografi yang dibuat Syarif. Kata dia, banyak kisah yang selama ini tidak terungkap masyarakat, namun dengan buku ini masyarakat dapat menjadi tahu.

“Perjalanan pak Syarif luar biasa. Tulisan ini yang namanya autobiografi, usia 50 separuh jalan. Saya ketika tahu pak Syarif bikin autobiografi, biasanya orang yang banyak masa launya menulis biografi. Pak Syarif banyak masa depannya, tapi menulis biografi,” kata Anies.

“Banyak sekali kejadian-kejadjan yang tidak diketahui publik. Tapi bagi kita semua, penulisan buku perjalanan aktivis pak Syarif ini, dapat ambil pengalaman,” tambahnya.(ISof)

Leave A Reply

Your email address will not be published.