Sumbawa Gelar Pameran Lukisan Tunggal Galam Zulkifli, bertajuk “Indonesian Idea”

Nasional

SUMBAWA,Harnasnews – Bupati Sumbawa, Drs. H. Mahmud Abdullah hadir pada acara pembukaan Pameran Lukisan Tunggal Galam Zulkifli, bertajuk “Indonesian Idea” yang diselenggarakan oleh Komunitas Sumbawa Visual Art bertempat di Istana Sultan Kaharuddin III (Bala’ Puti) Pendopo Bupati Sumbawa, Senin malam (21/6/2022).

Turut hadir Gubernur Nusa Tenggara Barat yang diwakli oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah NTB, Ketua DPRD Kabupaten Sumbawa, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa, Budayawan Nasional asal Sumbawa Taufik Rahzen, Ketua beserta segenap Anggota Komunitas Sumbawa Visual Art, Segenap Anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Sumbawa, serta pengunjung pameran.

Bupati Sumbawa, Drs. H. Mahmud Abdullah dalam sambutannya menyampaikan, pameran lukisan tunggal Galam Zulkifl merupakan salah satu rangkaian dari Event International yang akan terselenggara di Sumbawa Samota yaitu, MXGP Indonesia 2022. Saya merasa bahwa saat ini adalah saat yang sangat tepat untuk memperkenalkan seorang pelukis hebat asal Sumbawa kepada masyarakat dan seluruh tamu nasional maupun international MXGP Indonesia 2022. Seperti yang kita ketahui sebentar lagi kita akan sampai di hari terselenggaranya event International yaitu MXGP Indonesia 2022. Inilah alasan mengapa pameran lukisan tunggal ini terlaksana. Saya sangat berharap seluruh masyarakat sumbawa, nasional maupun international dapat melihat secara langsung lukisan-lukisan yang sangat indah karya Galam Zulkifli, Tutupnya.

Sementra itu, Gubernur Nusa Tenggara Barat yang diwakli Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah NTB, H. Wirawan, S.Si., MT, dalam sambutannya mengatakan, Galam merupakan sosok yang sangat konsisten dalam bekerja, dahulu Galam zulkifli hanya tahu melukis di tembok, tanah, kertas dan hanya menggunakan pensil. Tenyata saat pertama kali mengikuti lomba melukis, ia baru tahu kalau melukis yang sesungguhnya menggunakan kertas dan cat air. Tidak pernah terfikirkan bahwa teman sekaribnya ini Galam yang di ketahui merupakan sosok yang sangat konsisten dalam bekerja, yang sehari-harinya hanya tidur, bangun, melukis dan kadang-kadang di selingi dengan mabuk akan menjadi pelukis hebat seperti saat ini.

Ia mengatakan bahwa Pameran ini adalah pameran pertama yang berhasil kita laksanakan setelah bekali-kali kita mencoba membuat pameran tunggal, bukan karena biayanya yang lumayan besar, tetapi karena peristiwa yang diikutinya. Terdapat salah satu lukisan yang di tampilkan di sini, itu adalah lukisan paling gempar di dalam sejarah indonesia yang berjudul “Indonesian Idea”.

Pameran ini adalah pameran yang paling memadai, sempurna dan kontekstual. Kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada bapak bupati yang telah merespon dengan baik dan sangat cepat, sehingga pameran lukisan tunggal ini terlaksana dalam kurun waktu satu bulan dan Allhamdulillah terselenggara dengan sukses.

“Harapan kami, semoga istana ini bisa menjadi tonggak sejarah dari titik balik atau awal kebangkitan visual art khususnya tentang gagasan ke-Indonesian, sehingga dengan pola seperti ini dapat membuat perubahan di masa depan. Tak ada tempat yang paling istimewa untuk menjelaskan tentang suatu gagasan berkembang yang membentuk Indonesia lebih baik, kecuali di tempat kelahiran ini, samawa”, ujarnya.

Budayawan Nasional asal Sumbawa, Taufik Rahzen, dalam pidatonya menyampaikan kilas balik perjalanannya menjadi seorang budayawan nasional “40 tahun kedepan bangunan bersejarah ini harus tetap terjaga dan dirawat keasliannya agar bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya”, harapnya.

kegiatan ulitu dimeriahkan dengan Pertunjukan Musik yang diciptakan pada tahun 2013, oleh penata musik Anto Icak dan Syamsul Bahri “Begonteng Teja”, merupakan kolaborasi musik gonteng rantok dengan ansambel gong genang, sakeco dan ratib. Bagonteng artinya memainkan rantok dengan deneng (Alat menumbuk padi), sedangkan Teja artinya pelangi yang memiliki ragam warna. Rantok dan deneng digunakan masyarakat tempo dulu untuk mengolah pada menjadi beras, namun dalam fungsi yang lebih luas kedua alat tersebut tidak jarang digunakan untuk menyemarakkan suasana pada penyambutan tamu kehormatan dengan diiringi syair-syair dan lawas, juga memberi tanda gangguan keamanan dan bencana.

“Kami datang untuk membersamai, membawa kedamaian dan kebahagiaan, kami tidak akan pulang sebelum kedamain itu hadir, jadi janganlah resah”, Bunyi sepenggal lawas badede musik “Begonteng Teja”. (HR)

Leave A Reply

Your email address will not be published.