Agrobisnis dan Agroteknologi Sebagai Orientasi Revitalisasi Pendidikan Vokasi di Jatim

Untuk meningkatkan standar kualitas SMK, lanjut Pakde Karwo, Pemprov Jatim tahun 2018 telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 300 miliar untuk pembenahan dan pembangunan inkubator-inkubator pelatihan. Inkubator ini dibutuhkan untuk membuka dan menyerap tenaga kerja di bidang industri, dan untuk mewadahi siswa SMK yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. “Lewat inkubator-inkubator yang dibuat nantinya akan semakin melatih ketrampilan siswa-siswa SMK dan bisa menjawab tantangan dunia usaha dan industri,” urainya.

Pakde Karwo menambahkan, desain revitalisasi SMK yang telah dibuat oleh Pemprov Jatim di antaranya melalui link and match dengan industri, program filial dengan perguruan tinggi, pembentukan SMK BLUD dan double track ekstrakurikuler vokasi di SMA dan MA. Selain itu, ada pula SMK berbasis kluster yang fokus untuk mengelompokkan vokasional tertentu. “Misalnya di suatu daerah memiliki potensi unggulan perikanan, maka kita akan membuat SMK yang khusus menangani perikanan,” terangnya.

Pakde Karwo berharap, peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan vokasi bisa memenuhi lowongan tenaga kerja yang ada sehingga bisa menurunkan angka pengangguran di Jatim. Selain itu, terpenuhinya tenaga kerja terampil atau skilllewat pendidikan vokasi merupakan jawaban agar Jatim terhindar dari middle income trap.“Untuk menghindari pendapatan perkapita Jatim pada posisi lower income trap, maka penguatan UMKM dan peningkatan SDM melalui vokasional  inilah jalannya,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan JatimSaiful Rachman menambahkan,pengembangan SMK ke arah pertanian dan pengolahan hasil pertanian sesuai dengan potensi masing-masing. Saat ini ada sekitar 50 SMK negeri dan beberapa SMK swasta yang sudah berjalan. “Yang SMKN 5 Jember itu sudah mengembangkan kerja sama dengan Belanda, kemudian SMK di Gondang, Nganjuk juga terus didorong,” katanya.

Mantan Kepala Badiklat Jatim ini menyatakan, SMK di Gondang lahannya cukup luas dengan 23 hektar. Teknologi pertanian di sekolah tersebut juga berkembang. Bahkan, beberapa produk hasil pengolahan pertanian sudah bisa dikatakan layak jual. “Rata-rata, SMK yang mengembangkan sektor pertanian didukung penuh alumninya. Alumninya itu untuk pertanian sangat fanatis,” jelasnya.

Contoh lain, lanjut Saiful, adalah SMKN di Jember. Sekolah itu memiliki peternakan yang menghasilkan ayam petelur. Telurnya itu untuk konsumsi wilayah Jember dan ayam pedagingnya juga untuk konsumsi wilayah Jember. “Dan kemarin itu ditambah lagi dengan ternak kelinci. Kelinci itu tidak ada yang terbuang, urinnya juga dijual untuk pupuk cair. Jadi sudah hebat,” tandasnya. [PUL]

Leave A Reply

Your email address will not be published.