
Anggota DPR Dorong Aksi Iklim Menuju Target Nol Emisi Karbon
Roro Esti mengatakan sektor energi merupakan salah satu kontributor gas rumah kaca terbesar, sehingga RUU Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang tengah dibahas di DPR, diharapkan mampu membantu merealisasikan target tersebut.
Menurut dia, RUU tersebut akan membantu membuat energi terbarukan lebih kompetitif di pasar energi nasional.
RUU itu akan mencakup hal-hal seperti penetapan pajak karbon, skema carbon trading, dan mekanisme insentif lainnya yang diharapkan tidak hanya memudahkan transisi energi untuk memenuhi target NDC termasuk 23 persen energi terbarukan pada 2025, tetapi juga merupakan kesempatan untuk bertransisi ke ekonomi hijau.
“Dengan demikian, juga membuka pintu investasi asing langsung dan pada gilirannya menciptakan peluang pekerjaan baru yang green jobs,” tambahnya, dikutip dari antara.
Sebagai upaya untuk mendorong transisi energi, Roro Esti turut pula menegaskan peran penting teknologi seperti penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage, baterai untuk kendaraan listrik, hingga teknologi energi terbarukan yang perlu diterapkan di Indonesia.
Adapun target net zero emissions, yang sedang digaungkan dunia, berfokus pada karbon negatif, artinya emisi yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya oleh alam, sehingga tak ada yang menguap hingga ke atmosfer.
Net zero emission juga menitikberatkan semua emisi gas rumah kaca yang bukan secara alamiah dihasilkan manusia dihentikan produksinya melalui langkah-langkah pengurangan, sehingga dapat mewujudkan sustainability dan iklim yang bersih di bumi.
Hal ini merupakan cita-cita semua negara yang dinegosiasikan lebih dari seperempat abad lalu hingga saat ini di bawah naungan Konvensi Perubahan Iklim PBB (United Nations Convention on Climate Change/UNFCCC).
UNFCCC bersidang setiap tahun melalui Committee on Parties (COP) dan pada 2021, COP ke-26 akan diselenggarakan di Glasgow, Inggris Raya.(qq)