Bukit Algoritma Ciptakan Indonesia Jadi Bangsa Berbasis Pengetahuan

Menurut dia, negara yang dinilai siap dalam merepresentasikan DRL maupun TRL adalah Amerika Serikat dan China yang masing-masing memakai pendekatan pasar dan negara. Sementara Indonesia hanya sebatas “tanam, gali, tebang dan jual”. Padahal di lain pihak sekarang permintaan pasar teknologi sangat tinggi, akibatnya pasar mencari jalan yang instan dan mengandalkan impor.

“Ketika menyangkut teknologi akhirnya mencari merek yang lebih branded, karena perilaku konsumen teknologi Indonesia tidak mendukung kemandirian teknologi.
Karena masyarakat Indonesia, terutama yang di perkotaan, banyak mengejar merek dalam.berbelanja teknologi. Padahal produk teknologi dalam negeri banyak berkualitas,” ungkap Budiman.

Di lain pihak, Budiman pun mengungkapkan bahwa masyarakat kita masih minder memasarkan produk teknologinya meskipun negara-negara asing berpandangan bahwa potensi pasar teknologi bangsa ini sangat besar.

Oleh karenanya, Budiman menjelaskan bahwa Bukit Algoritma menawarkan pengembangan teknologi rekayasa teknologi yang memadukan DRL dan TRL berbasis komunitas sebagai alternatif pendekatan pasar dan negara yang banyak dilakukan AS (Amerika Serikat), China & negara-negara maju lain.

Diharapkan dengan pendekatan DRL dan TRL berbasis komunitas ini maka dampak sosial, budaya dan ekonomi akan lebih besar bagi kebangkitan teknologi bangsa Indonesia menuju bangsa berbasis pengetahuan (knowledge-based nation)(*)

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.