Ciptakan SDM Handal, STIAMI Gandeng Perusahaan Logistik Nasional

“Tetapi, yang menjadi masalah, trust di kita belum terbangun. Bukalapak saja membangun kolaborasi melalui platformnya belum semuanya mau ikut. Karena takut nanti datanya diambil dimanfaatkan oleh yang lain (competitor, meski sesama bukalapak),” kata Erwin Raza.
Ia menceritakan terjadinya kegagalan dalam membangun suatu ekosistem kolaborasi logistik di pelabuhan. “Kami juga pernah membangun ekosistem di kepelabuhan tetapi gagal, karena kita belum saling percaya,” tandasnya.

Oleh karena itu, ke depannya sistem kolaborasi logistic nasional itu menjadi katub yang menghubungkan semua model bisnis melalui platform yang dibangun pemerintah. “Kenapa pemerintah, karena pelaku usaha itu tidak mau kalau antar pelaku usaha (yang sama), takut data-datanya dimanfaatkan yang lain,” ucap Erwin.

Di sisi lain harus diakui sistem logistik Indonesia masih dihadapkan pada permasalahan infrastruktur yang belum mendukung kelancaran logistik tersebut. Ada jalan berbayar yang berdampak tingginya biaya tetapi jalan yang tidak berbayar lebih dibutuhkan agar biaya lebih murah.

“Itu memang pilihan bagi penyedia jasa logistik, pemerintah menyediakan infrastruktur pengguna bisa melalui tol, non tol atau kereta api. Masalahnya memang jalan tol sudah terbangun tetapi bagaimana konektivitasnya memasuki jalan provinsi, kabupaten, sehingga selalu ada hambatan setelah keluar dari tol mulai tersendat,” ujarnya.

Bagi pengguna, masalah biaya yang dirasakan tinggi memerlukan kajian, apa memang membutuhkan jalan tola tau tidak. “Tetapi sudah karakteristik driver (sopir) juga, dia lebih senang dikasih uang jalan oleh owner atau majikannya dan dia berusaha menghemat dari uang itu. Kalau masuk tol mungkin kecil atau bahkan tidak ada yang dibawa pulang. Jadi banyak faktor (perlu dikaji),” kata Erwin. (dra)

Leave A Reply

Your email address will not be published.