Deradikalisasi Ditanamkan Dari Sikap Disiplin, Wawasan Bela Negara Hingga Memperkuat Rasa Cinta Tanah Air

Lebih lanjut Saiful menjelaskan, paham radikalisme pada pelajar sejatinya bukan diterima dari guru dan lingkungan sekolah. Hal tersebut justru datang dari luar sekolah bahkan dari keluarga. Karena itu, pihaknya berharap peran guru BK semakin dimaksimalkan. Salah satunya dengan memperkuat hubungan dengan orangtua. “Tapi sekarang ini repot. Orangtua dipanggil sekolah karena ada sesuatu dengan anak. Malah orangtuanya marah-marah ke guru BK,” tutur dia.

Saiful menegaskan, tantangan anak didik saat ini tidak lepas dari lima hal. Di antaranya ialah kekerasan, narkoba, pornografi, bencana dan radikalisme. “Kita sudah sampaikan ini ke sekolah-sekolah untuk menjadi perhatian dalam penguatan karakter anak,” tutur dia.

Hanya saja, lanjut Saiful, anak-anak yang memiliki latar belakang keluarga radikal ini nyaris tak terlihat. Sebab, di sekolah mereka juga bersosialisasi dengan baik bahkan tingkah lakunya sangat sopan. Sehingga tidak ada kecurigaan sama sekali. “Di sekolah memang ada ekskul keagamaan. Tetapi itu kita berikan untuk semua (agama) dalam berbagai kegiatan kerohanian,” tutur dia.

Saiful mengaku, pihaknya dalam waktu dekat juga akan mengumpulkan kepala sekolah. Namun, rencana itu masih menunggu situasi tenang terlebih dahulu. Hal tersebut juga menjadi alasan mengapa Dindik Jatim tidak meliburkan siswa SMA/SMK. Siswa SMA/SMK tetap diminta masuk seperti biasa namun dengan tetap meningkatkan kewaspadaan. Hal ini untuk menghindari suasana semakin panik dan mencekam akibat ulah teroris.

“Besok (Hari ini) baru libur awal puasa sampai Senin 21 Mei mendatang. Jadi kita semua tidak perlu panik,” tandasnya.(PUL)

Leave A Reply

Your email address will not be published.