Ekowisata Bahari Sebagai Kekuatan Ekonomi Masa Depan  Labuhan Jambu Kabupaten Sumbawa

Analisis Masa Depan Terhadap Sumber Daya, Wisata Bahari, Budaya dan Pendidikan

SUMBAWA,Harnasnews.com – Ide dan gagasan ini datang dari sala satu anggota DPR RI Komisi IV, H. Johan Rosihan. Hal itu pula, diungkap pada Rapat Kerja DPR RI dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang meminta Ekowisata Bahari di jadikan penggerak sektor Kelautan dan Perikanan dimasa yang akan datang.

Sebetulnya, kelahiran ide ini masih dalam pikiran, saat saya menulis gagasan yang sama pada Jurnal Kemendagri tentang Sail Moyo Tambora, Sail Tomini dan Sail Bunaken Sulawesi Utara pada kurun waktu tahun 2013 – 2014. Namun, ide dan gagasan ini disambut dengan komitmen oleh H. Johan Rosihan. Bisa dibilang hal ini sangat brilian karena H. Johan Rosihan memikirkan sektor ekowisata sebagai upaya realisasi pengabdiannya selaku anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) perwakilan masyarakat kawasan Timur Sumbawa, Indonesia.

Tentu disambut baik, karena selaras apa yang menjadi visi masa depan masyarakat dalam penataan sumberdaya maritim dan bahari yang ada. Pandangan H. Johan Rosihan terhadap potensi wisata berbasis ekonomi nelayan Labuhan Jambu Kabupaten Sumbawa merupakan sebuah keinginan untuk berkontribusi nyata disektor ini yang diyakini akan mampu memberikan kontribusi perekonomian nasional bila dilakukan secara masif dan serius pada daerah-daerah potensial, termasuk Labuhan Jambu.

H. Johan Rosihan sebagai legislator mewakili Sumbawa sudah jelas ekspektasi besar untuk mengelola peluang yang ada. Karena ekowisata daerah Timur Sumbawa belum tergarap secara maksimal. Maka, keinginan H. Johan Rosihan ini harus disambut baik oleh seluruh stakeholders Kelautan dan Perikanan: Nelayan, pedagang, buruh nelayan, industri perikanan. Apalagi Pemerintah Daerah: Provinsi, Kabupaten/Kota, hingga Pemerintah Pusat wajib menjadi katalisator dalam merealisasikan rencana besar ini.

Kedepan, ekowisata Labuhan Jambu di desain untuk menyiapkan infrastruktur industri perikanan yang ditunjang oleh sistem pemasaran (distribution) yang baik sehingga berdampak pada meningkatnya nilai ekspor disektor manufaktur kelautan dan pendapatan masyarakat perikanan bisa lebih tinggi.

Kawasan Teluk Saleh tak kalah hebat dengan pulau lainnya. Kualitas sumber daya kelautan dan perikanan Teluk Saleh bisa menjadi penunjang industrialisasi perikanan. Karena kualitasnya sangat bagus sekali dari jenis ikan, kepiting, Lobster, kerang, terumbu karang, garam, teripang, dan rumput laut.

Apalagi kawasan Teluk Saleh dikelilingi oleh 170-an desa pesisir, sala satunya Desa Labuhan Jambu yang sebelumnya sudah menjadi cikal bakal Desa Wisata daerah paling timur Sumbawa, Indonesia. Karena wilayah desa Labuhan Jambu sendiri diapit oleh beberapa pulau (Gili) yakni Pulau Rakit, Pulau Ketapang, Pulau Jemplung, Pulau Komodo, Pulau Moyo, dan kawasan Gunung Tambora. Selain itu, kawasan Teluk Saleh, memiliki potensi luar biasa tentang prospek kebijakan pengembangan budidaya bagi industri perikanan yang diperkirakan bernilai sebesar 11,6 triliun.

Daya dukung teluk saleh terhadap rencana ekowisata dan proses industrialisasi sebagai penentu sektor lainnya. Tentu target jangka panjang menentukan arah pengembangan secara dinamis, karena dipengaruhi oleh variasi temporer dan spasial faktor tratis dan aliatis dari ekosistem perairan tersebut.

Pengaruh dan parameter lingkungan Teluk Saleh terhadap biota yang hidup, terutama yang bernilai ekonomis merupakan dasar penentuan pola pembangunan kelautan dan perikanan di daerah Labuhan Jambuz Sumbawa. Selain itu, carrying capacity Teluk Saleh meliputi wilayah perairan Empang, Plampang, Lape, Lopok dan Moyo Hilir.

Tentu daya dukung pengelolaan dan pemanfaatan Sumber Daya Teluk Saleh kedepan memiliki prospek cerah bagi pengembangan ekowisata, karena potensi yang dimiliki ternyata nilai jualnya sangat tinggi dan bahkan mendunia sehingga bisa menarik minat banyak investor.

Dari segi teknis, kondisi perairan Teluk Saleh sangat baik, dengan potensi Sumber Daya yang terdapat 18 kelompok fungsional, yakni jenis biota laut mulai dari ikan flagis kecil dan besar: lemuru, hiu, lumba – lumba hingga terumbu karang beraneka warna warni. Jika dapat dikelola dengan baik, maka Labuhan Jambu, Teluk Saleh Sumbawa akan memiliki prospek cerah dalam pengembangan sektor ekowisata bahari.

Teluk Saleh Labuhan Jambu juga memiliki ekosistem wilayah perairan yang dapat memberikan dampak ekonomi yang baik. Hal ini diperlukan untuk menjamin aktivitas perikanan yang lestari, sehingga kegiatan “ekowisata Bahari” menjadi andalan. Dari seluruh kawasan yang ada, sekitar 25% kawasan dari sektor ini telah dimanfaatkan dari hasil tangkap serta budidaya baik rumput laut, mutiara dan kerapu.

Menurut M Ambari (2019) dalam tulisannya berjudul: “Ini Magnet Pariwisata Baru di Teluk Saleh”, bahwa: perkembangan ekowisata dalam beberapa dekade terakhir, terus memperlihatkan kemajuan yang signifikan. Di antara yang sedang berkembang, adalah paket ekowisata dengan melibatkan spesies laut seperti Hiu Paus (Rhincodon typus) yang sedang menjadi tren di Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Daerah tersebut, mengikuti jejak dua daerah lain yang lebih dulu melakukan hal sama.”

Menurutnya, ekowisata Hiu Paus menjadi andalan baru untuk pariwisata di Nusa Tenggara Barat. Pengembangan paket wisata tersebut, mulai bergerak masif sejak September 2018 di Desa Labuhan Jambu yang menjadi lokasi perairan Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa.

Dalam setahun, paket ekowisata Hiu Paus bisa mendatangkan uang hingga mencapai Rp600 juta. Dengan taksiran, Rp550 juta berasal dari penjualan minimal 72 paket wisata dan Rp50 juta berasal dari dana konservasi untuk pengelolaan kawasan perairan.

Conservation International (CI) Indonesia menaksir, ekowisata yang dikembangkan di Teluk Saleh, berpotensi bisa memberi pemasukan untuk kas desa hingga sebesar Rp550 juta per tahun. Potensi itu akan semakin membesar, jika dihitung dengan dana konservasi yang rutin didapatkan desa tersebut setiap tahun sebesar Rp50 juta. Dengan demikian, potensi setiap tahun pemasukan untuk kas desa mencapai Rp600 juta.

Peneliti CI Indonesia Maulita Sari Hani menjelaskan, potensi pendapatan yang muncul dalam pengelolaan ekowisata di Teluk Saleh, didapat dari hasil kajian yang dilakukan selama September 2018 hingga Mei 2019. Pada rentang waktu tersebut, tim CI Indonesia menghitung secara detil semua potensi yang akan masuk dari pengembangan ekowisata Hiu Paus.

Hal lain yang dapat mendukung kesuksesan pariwisata ini, menurut Maulita, adalah pelibatan warga dalam perencanaan dan pengelolaan, peningkatan kapasitas untuk penyedia jasa, kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, agen perjalanan, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, serta asosiasi.

Pengembangan Teluk Saleh ini sendiri, kedepannya diharapkan melibatkan berbagai macam pihak dan sektor. Termasuk sumber dana yang akan mendukung percepatan pengembangan kawasan tersebut. Sebagai kawasan yang tergabung dalam wilayah Samota (Saleh-Moyo-Tambora), kawasan Teluk Saleh diharapkan mampu menjadi nilai tambah khususnya bagi peningkatan perekonomian di sektor kelautan dan perikanan di NTB.

Paket ekowisata di Teluk Saleh sendiri, menurut Maulita, sudah mulai dikembangkan sejak 2018, tepatnya saat gelaran Sail Moyo Tambora dilaksanakan pada September 2018. Pada momen langka tersebut, Pemerintah Desa Labuhan Jambu resmi meluncurkan paket wisata Hiu Paus berbasis masyarakat yang pengelolaannya dilakukan secara penuh oleh warga desa. Desa Labuhan Jambu menjual pariwisata ini dengan dua paket yaitu wisata dari darat dan wisata dengan kapal rekreasi.

Maulita mengungkapkan, dalam penyediaan paket pariwisata, warga Desa memanfaatkan aset yang dimiliki seperti kendaraan roda empat sebagai alat transportasi darat, kamar dalam rumah sebagai tempat menginap wisatawan, perahu motor untuk alat transportasi laut, dan perahu bagan sebagai media interaksi. Kemudian, warga juga memasukkan biaya sebesar Rp100.000 ke dalam paket wisata sebagai dana konservasi.

Begitu pun pendapat H. Johan Rosihan yang akan menjadi motor penggerak ekowisata ini, bahwa: “bila kawasan teluk saleh Desa Labuhan Jambu yang sudah menjadi cikal bakal ekowisata bahari, maka harus dikelola dengan baik, akan menjadi motor penggerak ekonomi nasional.”

Sehingga H. Johan Rosihan dalam berbagai momen rapat kerja dan dengar pendapat bersama pemerintah di DPR selalu meminta menteri dan dirjen agar dapat memberikan energi fokusnya pada industrialisasi kelautan perikanan termasuk ekowisata bahari di Desa Labuhan Jambu untuk pengembangan secara ceoat dan dinamis.

Tentu harapan itu merupakan mewakili rasa keinginan bersama masyarakat Sumbawa, khsususnya Kecamatan Tarano, Desa Labuhan Jambu untuk dikembangkan agar menjadi sumber pendapatan negara yang sangat potensial dimana hingga hari ini belum terkelola dengan maksimal sehingga belum pula memberikan kontribusi kepada negara secara signifikan.

Dalam rapat kerja bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 21 November 2019 tersebut, H. Johan Rosihan sebagai perwakilan masyarakat timur Sumbawa mencontohkan desa Labuhan Jambu, Kecamatan Tarano yang sangat berpotensi dijadikan sebagai destinasi ekowisata bahari masyarakat pesisir. Tempat ini dapat dijadikan sebagai daerah percontohan pengelolaan wisata desa pesisir karena memiliki banyak keunggulan.

Menurut H. Johan Rosihan, Teluk Saleh sebagai kawasan yang sudah ditetapkan sebagai biosfer dunia. Tempat ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah berupa program dan bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Tempat ini bila ada campur tangan pemerintah, akan lebih berdaya guna pada peningkatan kemajuan kesejahteraan daerah dan masyarakatnya.

Selain destinasi wisata, H. Johan Rosihan juga meminta kepada pemerintah untuk dapat memberikan bantuan kepada para petambak garam di Bima dan Labuhan Bontong. Produksi garam ditempat ini sangat besar dan mampu memberikan sumbangsih pada stok garam nasional. Pemerintah perlu turun tangan agar produksi garam tempat ini dapat diserap oleh PT Garam sebagai induk utama pengolah garam nasional.

“Tentu harapan masyarakat Kecamatan Tarano agar pemerintah mampu membangun Ekowisata Bahari sebagai kekuatan ekonomi masa depan negara. Sehingga akan terus mendorong pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) agar terus mengembangkan semua potensi sumber pendapatan Negara disektor kelautan dan perikanan bukan hanya berfokus pada ekstraksi sumberdaya alam, namun juga mulai mengeksploitasi jasa-jasa lingkungan. Semoga dapat memberikan kesejahteraan masyarakat pesisir mulai dari nelayan hingga petambak garam kita bisa meningkat.(Herman)

Leave A Reply

Your email address will not be published.