Hadapi Review GSP dan Kenaikan Tarif Impor Baja dan Aluminium,Mendag Galang Dukungan Importir AS

Importir AS Dukung Fasilitas GSP
Dalam pertemuan kali ini, Mendag juga menggalang dukungan para importir terhadap kebijakan fasilitas GSP yang diberikan Pemerintah AS kepada Indonesia.

Hal ini menanggapi langkah Pemerintah AS yang sedang me-review pemberian fasilitas tersebut. Para importir yang hadir dalam pertemuan menyampaikan industri kelas menengah AS membutuhkan skema GSP untuk menunjang bisnis mereka. Untuk menyampaikan aspirasi tersebut, para importir terlibat aktif dalam rapat dengar pendapat bersama Pemerintah AS selama proses peninjauan ulang atas negara-negara yang mendapat GSP.

Menurut Mendag Enggar, GSP memberikan manfaat besar baik bagi ekspor Indonesia maupun industri dalam negeri AS. “Indonesia memahami adanya review atas penerima GSP. Namun, Indonesia berharap hasil review tidak menganggu ekspor Indonesia ke AS dan tidak memberi dampak pada industri domestik AS yang selama ini memanfaatkan skema GSP. Tanpa skema GSP, maka harga produk akan naik dan daya saing akan terganggu,” ungkap Mendag Enggar.
GSP merupakan kebijakan AS berupa pembebasan tarif bea masuk (nol persen) terhadap impor barang-barang tertentu dari negara-negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara penerima fasilitas tersebut.
Pada April 2017, Pemerintah AS meninjau ulang beberapa negara yang selama ini menjadi penerima skema GSP AS, termasuk Indonesia.

Di tahun 2017, produk Indonesia yang menggunakan skema GSP l bernilai USD 1,9 miliar. Angka ini masih jauh di bawah negara-negara penerima GSP lainnya seperti India sebesar USD 5,6 miliar; Thailand USD 4,2 miliar; dan Brasil USD
2,5 miliar.

Produk-produk Indonesia yang diekspor ke AS dan masuk ke dalam komoditas penerima GSP antara lain ban karet, perlengkapan perkabelan kendaraan, emas, asam lemak, perhiasan logam, aluminium, sarung tangan, alat-alat musik, pengeras suara, keyboard, dan baterai.
Tingkatkan Kemitraan Strategis dengan Boeing Selain untuk mengamankan akses pasar Indonesia di AS, kunjungan Mendag ke AS ini juga ingin meningkatkan kemitraan strategis dan menyeimbangkan hubungan perdagangan kedua negara di berbagai sektor.

Salah satu upaya peningkatan di bidang penerbangan adalah bertemu dengan Vice President of International Government Relation Boeing, Mark Lippert. Mendag Enggar menyampaikan
keinginan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kemitraan strategis kedua negara melalui kerja sama dengan perusahaan penerbangan tersebut.

Mendag Enggar juga mengundang Boeing untuk lebih meningkatkan bisnis mereka di Indonesia agar saling menguntungkan kedua pihak.

“Kami mengajak Boeing bukan hanya untuk menjadikan Indonesia sebagai pasar, tetapi agar dapat bersama-sama menjadi bagian dari strategi masa depan yang saling menguntungkan.

Banyak terdapat potensi kerja sama dengan Indonesia, misalnya pengembangan bahan bakar pesawat biofuel (bioavtur) berbasis sawit, suku cadang pesawat, serta layanan perawatan, perbaikan, dan overhaul (maintenance, repair, overhaul/MRO). Indonesia berpotensi menjadi ‘hub’ pelayananan MRO pesawat udara di kawasan ASEAN dan sekitarnya,” ungkap Mendag Enggar.(Red/Ed)

Leave A Reply

Your email address will not be published.