IMF Pangkas Perkiraan Pertumbuhan Global 2019

Dia juga mengutip pergeseran ke arah “sikap yang lebih akomodatif” dalam kebijakan bank sentral Amerika Serikat, Uni Eropa (UE), Jepang dan Inggris, ditambah China meningkatkan stimulus fiskal dan moneternya, serta pandangan positif perjanjian AS-China untuk menyelesaikan sengketa perdagangan mereka.

Respons kebijakan ini, kata Gopinath, telah membantu membalikkan kondisi keuangan yang semakin ketat di berbagai negara, menampilkan tren yang sedang berlangsung di negara-negara emerging market. “Seperti dimulainya kembali aliran portofolio, penurunan biaya pinjaman, dan penguatan relatif mata uang mereka terhadap dolar AS,” tuturnya.

Gopinath mengatakan pada konferensi pers pada Selasa (9/4) bahwa ruang kebijakan moneter bervariasi di berbagai negara, dan bagi banyak negara maju masih terbatas. “Kami memperkirakan akan melihat alat kebijakan moneter yang tidak konvensional digunakan, misalnya, di kawasan euro,” kata dia, menambahkan bahwa tekanan inflasi tetap rendah adalah “plus” yang akan membuat kebijakan moneter mungkin lebih akomodatif.

Setelah tahun 2020, laporan tersebut memprediksikan bahwa pertumbuhan global akan relatif tinggi sekitar 3,6 persen dalam jangka menengah. Laporan WEO memperkirakan tingkat pertumbuhan di zona euro menjadi 1,3 persen pada 2019 dan 1,5 persen pada 2020, keduanya lebih rendah dari hasil 2018 dan 2017.

Risiko-risiko penurunan di seluruh Uni Eropa meliputi periode berlarut-larut dari kenaikan imbal hasil obligasi di Italia yang akan membebani aktivitas ekonomi dan memperburuk dinamika utang, meningkatnya kemungkinan Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan, serta “hasil pemilihan Parlemen Eropa yang menunda atau membalikkan kemajuan pada penguatan arsitektur kawasan euro,” menurut laporan itu.

“Brexit tanpa kesepakatan yang sangat mengganggu rantai pasokan dan meningkatkan biaya perdagangan berpotensi memiliki dampak negatif besar dan bertahan lama pada kesejahteraan ekonomi Inggris dan Uni Eropa,” kata laporan itu.

Ditanya pada konferensi pers untuk mengomentari keadaan ekonomi Italia, Gopinath mengatakan pertumbuhan negara Eropa itu pada paruh kedua 2018 sangat lemah, dan kelemahan itu terbawa hingga 2019.

Tingkat utang yang tinggi serta biaya pinjaman negara akan tercermin dalam investasi yang lebih lemah dan akan tetap menjadi keprihatinan bagi Italia, “terutama mengingat bahwa pertumbuhan di Italia lemah tidak hanya secara riil, tetapi secara nominal,” katanya.

Berkenaan dengan Amerika Serikat, ia memproyeksikan bahwa ekonomi akan tumbuh sebesar 2,3 persen pada 2019, dan berkembang pada tingkat yang lebih rendah sebesar 1,9 persen pada 2020. (Ant/red)

Leave A Reply

Your email address will not be published.