Ketapel, Dari Permainan Tradisional Menjadi Cabang Olahraga, Isi Liburan Anak Sekolah

KOTA BEKASI, Harnasnews.com – Permainan tradisional kini semakin dilupakan akibat tergerus era digital. seperti permainan tradisional yang dimainkan oleh anak-anak kelurahan Mustikajaya.

Ketapel, yang merupakan alat permainan tradisional yang kini sudah menjadi sebuah Cabang Olahraga (Cabor). Dengan konsentrasi tinggi, anak-anak ini membidik target dengan jarak sekitar 7 meter.

Salah satu pelatih ketapel pada sebuah club’ Slepetan Bekasi Klub (SBK) Mulya Darma menuturkan bahwa cabang olahraga itu sekaligus menjaga kelestarian permainan tradisional.

“Kita ingin melestarikan permainan tradisional yang nyaris punah, dan Alhamdulillah ketapel sudah menjadi salah Cabor yang diperlombakan,” katanya.

Mulya menambahkan bahwa metode pelatihan disesuaikan dengan usia anak yang mengikuti latihan, agar mereka merasa nyaman.

“Kesulitan alhamdulilah tidak ada, kalau teknik kita biarkan mengalir saja kan anak-anak dia nyari kenyamanan biar enk mainnya,” imbuhnya.

Ketapel dengan peluru jenis Gotri atau pelor dengan target kaleng. Anak-anak dengan semangat berlatih untuk menghadapi kekuatan piala walikota.

“Ada kejuaraan ya, alhamdulilah kita juga wakil kota Bekasi ke porprov,” ungkasnya.

Selain ketapel, ada juga permainan tradisional seperti egrang, sumpit, dagongan, galaksin dan banyak lagi permainan lainnya. Mereka juga bernaung dalam Persatuan Pelestari Olahraga Tradisional Indonesia (Portina).

Sementara itu, Lurah Mustika Jaya Mochamad Adhi menuturkan bahwa pelatihan permainan tradisional di tempatnya merupakan satu-satunya, dengan memanfaatkan lahan warga.

“Ini satu-satunya tempat di kota Bekasi yang pasti warga kami, anak-anak muda kumpul semua jadi satu, karena ini sudah masuknya Bekasi raya,” kata Lurah.

Lahan seluas 240 meter persegi, berlokasi di kampung Ciketing Rawa Mulya,RT 005/0003, kelurahan Mustikajaya dimanfaatkan sebagai sarana berlatih permainan tradisional.

“Selama ini kita gunakan lahan punya warga dimanfaatkan, karena ini lokasinya dikampung, tidak punya fasos fasum ada warga yang merelakan tempatnya digunakan jadi kita manfaatkan,” pungkasnya. (Mam)

Leave A Reply

Your email address will not be published.