Media Gathering AQUA untuk Memaksimalkan Media Dan Dunia Usaha dalam Pelestarian Lingkungan

Berita

PASURUAN, Harnasnews – AQUA Pasuruan yang meliputi AQUA Pandaan dan AQUA Keboncandi menggelar Media Gathering 2022 bersama seluruh jurnalis Pasuruan.  Ir. Gunawan Wibisono menjadi pembicara utama dengan menjelaskan tentang Skema Pembayaran Jasa Lingkungan di Valencia Resto, Kota Pasuruan pada hari Rabu 23 November 2022.

Kegiatan diikuti oleh seluruh jurnalis dari Pasuruan, NGO, Universitas Yudharta, Forum DAS Kedunglarangan, Forum DAS Rejoso, dan Tim PT Tirta Investama dari Pabrik AQUA Pandaan serta Pabrik AQUA Keboncandi.

Ribuan Daerah Aliran Sungai (DAS) Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun Tiap Tahun. Berdasarkan kajian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kerusakan DAS menjadi salah satu pemicu utama penyebab bencana di Indonesia, dari mulai banjir hingga longsor.

Uniknya, bencana hidrometeorologi (seperti banjir dan longsor) merupakan bencana paling dominan di Indonesia, dengan porsi sebesar 80%. BNPB juga menambahkan bahwa dampak ekonomi bencana tersebut mencapai rata-rata Rp 30 Triliun per tahun, itu di luar kerugian korban jiwa.

Di wilayah Pasuruan bencana-bencana ekologis tersebut yang nyata terjadi seperti kebakaran hutan dan banjir tahunan. Selain dimitigasi, tentunya hal tersebut bisa diantisipasi dengan peran semua pihak, tidak hanya pemerintah.

Ir. Gunawan Wibisono dalam paparannya menyampaikan bahwa saat ini terdapat lebih dari 1200 perusahaan di Pasuruan, dan semuanya dapat dipasti menggunakan air. Namun yang tercatat sudah memberikan kontribusinya hanya 98 perusahaan saja.

Tiap tahun banyak perusahaan yang memperbaharui atau mengajukan permohonan baru untuk memperoleh SIPA atau Surat Izin Pengambilan Air Tanah. Bila dikelola dengan baik, keberadaan perusahaan-perusahaan tersebut dapat mendukung pembiayaan konservasi untuk memastikan kelestarian sembilan DAS yang berada di Kabupaten Pasuruan.

“Sebagai pengguna air, mereka harusnya memiliki kesadaran untuk berkontribusi pada masyarakat petani yang ada di wilayah hulu, konsep hubungan ini yang kita kenal sebagai PJL atau Pembayaran Jasa Lingkungan,” kata Gunawan.

Dalam skema tersebut, ada pihak yang berperan sebagai penjual jasa lingkungan (misalnya petani pengelola lahan yang melakukan konservasi tanah dan air), lalu ada pihak pembeli jasa lingkungan, yaitu para pihak yang menikmati jasa lingkungan, misalnya ketersediaan air bersih.

Yang terakhir adalah pihak perantara, biasanya konsorsium atau forum yang disepakati bersama untuk mengelola program seperti melakukan identifikasi dan verifikasi lahan, mengukur indikator capaian, melakukan monitoring kinerja, juga menyalurkan dana kompensasi dimana Media bisa turut mengambil peran. Lagi-lagi Gunawan mengulas bahwa saat ini media di Pasuruan sudah cukup konsisten mengangkat tentang isu lingkungan.

Kabar bencana lingkungan bisa jadi menjadi topik yang menarik untuk ditayangkan, menggugah pembaca untuk bisa memahami kondisi lingkungan saat ini khususnya di Pasuruan.

Tapi banyak juga materi dan topik menarik yang bisa diangkat tidak hanya tentang bencana, kontribusi perusahaan, komitmen pemerintah, juga hasil kajian lingkungan dari akademisi juga bisa menjadi angle pemberitaan untuk menginspirasi dan menggugah pembaca.

“Dan disini Media memiliki peran penting sebagai agen perubahan untuk lingkungan yang lebih baik dan ekosistem yang seimbang,” terang Gunawan.

Hal tersebut ditanggapi positif oleh Jaka Samudra, Ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Pasuruan yang mengapresiasi dunia usaha yang telah melibatkan jurnalis pada kegiatan konservasi.

”Kami sendiri dari PWI juga menggerakkan konservasi bersama pemangku kepentingan yang ada di Pasuruan. Di Pasuruan ada AQUA Pandaan dan AQUA Keboncandi, meski secara kewilayahan berbeda, tetapi saya apresiasi sebagai salah satu perusahaan yang konsisten dengan aktifitas pelestarian lingkungannya,” kata Jaka.

Fafit Aji, Stakeholder Relation Manager AQUA Pandaan menambahkan bahwa AQUA Pandaan saat ini berfokus di 49 ha lahan di lereng Arjuno sebagai daerah tangkapan airnya untuk di tanami dan dimonitor, monitoring ini menggunakan geo tagging dan masuk pada database online melalui aplikasi jejak.in. Data Jenis pohon, kapan ditanam dan koordinat menjadi informasi dasar untuk melakukan monitoring.

“Secara berkala kami melakukan kunjungan di lapangan untuk memverifikasi kondisi pohon yang tertanam dan melakukan penyulaman pada tanaman yang gagal hidup,” ungkapnya.

Sementara itu di Keboncandi, Stakeholder Relation Manager AQUA Keboncandi, Hari Wicaksono mengungkapkan bahwa selain komitmen melakukan konservasi dengan metode yang sama dengan AQUA Pandaan, lokasi tangkapan airnya berbeda.

AQUA Keboncandi fokus di wilayah Pasrepan hingga Lereng Bromo Tengger. Implementasi program konservasi tersebut didasarkan pada hasil kajian bersama dari Universitas Airlangga, Universitas Montpellier Perancis dan Universitas Gajah Mada.

“Kajian tersebut menjelaskan water balance atau neraca keseimbangan air yang ada di Cekungan Air Tanah Pasuruan. Dari situ kami melakukan pendampingan ke petani di wilayah hilir atau Winongan dan sekitarnya untuk mengelola sumur-sumur bor liar menggunakan katup yang bisa diatur pemanfaatan airnya tanpa harus terbuang percuma,” jelas Hari.

“Bersama beberapa perusahaan lain yang beroperasi di DAS Rejoso, Kami juga turut aktif dalam Forum DAS Rejoso dan ikut berpartisipasi dalam mengimplementasikan Pembayaran Jasa Lingkungan di daerah hulu Bromo hingga Pasrepan,” imbuh Hari.

Pembayaran Jasa Lingkungan yang dalam waktu dekat juga akan diterapkan di DAS Kedunglarangan, bekerjasama dengan semua pemangku kepentingan di Pasuruan. Pemerintah, dunia usaha dan tentunya juga media.(Hid)

Leave A Reply

Your email address will not be published.