MUI Dan PCNU Kota Bekasi Kecam Aksi Teroris Yang Terjadi Di Indonesia

KOTA BEKASI, Harnasnews.com – Aksi teror akhir-akhir menyasar beberapa tempat. Belum lama ini, aksi bom bunuh diri di depan gereja Makassar dan terbaru adalah aksi seorang wanita di gedung Mabes Polri pada Rabu 31 Maret.

Hal ini tentu menjadi keprihatinan bagi umat muslim yang selalu menjadi sasaran stigma ketika pelaku terorisme beraksi. Ketua MUI Kota Bekasi sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Mahasina Darul Qur’an wal Hadist, K.H. Abu Bakar Rahziz, M.A. mengecam aksi tersebut dan menyebut teror itu tidak ada kaitan dengan umat muslim.

“Kita tentunya sangat mengecam apa yang terjadi di Makassar ataupun di Mabes Polri, sekaligus juga turut berbelasungkawa kepada keluarga yang menjadi korban, baik korban jiwa maupun korban kerusakan, dan itu merupakan tindakan jahat kemanusiaan, jadi tidak bisa dibenarkan. Karena tidak sesuai dengan ajaran Islam, juga tidak sesuai dengan nilai keislaman,” ujar K.H. Abu Bakar Rahziz di Ponpes Mahasina, Jatiwaringin, Pondok Gede, Kota Bekasi pada Kamis (01/04).

Kiai Abu Bakar sangat menyayangkan kejadian tersebut selalu mengatasnamakan Islam dalam aksinya. Ia menyebut bahwa kelompok terorisme seperti itu adalah kegiatan intoleran yang sangat tidak berkaitan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya.

“Aksi seperti itu tidak ada kaitannya dengan ajaran agama. Bisa jadi mereka terpicu dari salah dalam memahami teks-teks keislaman. Atau bisa juga kurang wawasan tentang keislaman yang membuatnya melakukan itu,” tambah KH. Abu Bakar Rahziz.

Menurutnya, urusan terorisme merupakan masalah global yang tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak, namun oleh semua lapisan masyarakat.

“Hal seperti ini bukan hanya urusan MUI saja, namun urusan umat Islam secara umum,” imbuhnya.

Ia menilai, aksi terorisme yang mengatasnamakan umat Islam turut menjadi beban psikologi baik bagi umat lain, maupun umat Islam itu sendiri. Yang paling disayangkan, stigma masyarakat aksi terorisme jadi selalu dikaitkan dengan umat Islam.

MUI Kota Bekasi sendiri mengembangkan ilmu Islam wasathiyah, tawasuth (moderat), tasyamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan lainnya.

“Kita kalau soal ini memang percayakan kepada aparat keamanan dan mendorong kepada aparat keamanan untuk mengungkap kejahatan terorisme ini secara transparan,” imbuhnya.

Yang perlu diwaspadai, menurut KH. Abu Bakar Rahziz, banyak oknum diantara mereka melakukan pendekatan doktrinasi untuk merekrut anggota.

Kiai Abu Bakar Rahziz yang juga sekaligus Wakil Rois Syuriah PCNU Kota Bekasi, juga sangat menyayangkan terjadi menjelang bulan Ramadhan dan di tengah negara yang sedang diuji oleh Allah dengan wabah covid-19.

Ia menyebut bahwa kelompok terorisme seperti itu adalah kegiatan intoleran yang sangat tidak berkaitan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya.

“Inilah kelompok-kelompok orang yang intoleran yang senantiasa memahami Islam menurut perasaan dia sendiri, maka kami PCNU Kota Bekasi mengharapkan seluruh pengurus PCNU di seluruh tingkatan untuk bisa menjaga ketentraman di wilayah masing-masing,” tambahnya.

Ia berharap para ustad atau kiai pengajar di lingkungannya dapat melakukan dakwah tasyamuh (toleransi). Jelang Ramadhan, ia juga meminta materi ceramah dapat menyejukkan dan tidak saling menghujat, namun senantiasa saling menghargai satu sama lain.

Baik Kota Bekasi atau Kabupaten sering kali menjadi salah satu tempat berdiamnya pelaku terorisme. PCNU Kota Bekasi mengantisipasi bekerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dalam melakukan dakwah termasuk dengan pihak kepolisian.

Sementara itu, Katib Syuriah PCNU Kota Bekasi Luqman Hakim, S.Pd.I juga mengecam aksi terorisme yang belum lama ini terjadi di dua wilayah di Indonesia.

PCNU Kota Bekasi menggiatkan Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) sebagai salah satu doktrin positif untuk menyebarkan Islam yang damai. Harapannya ke depan militansi ke-NU-an akan cepat membumi di tengah masyarakat dengan program tersebut. (Mam)

Leave A Reply

Your email address will not be published.