SUMBAWA,Harnasnews – Lembaga Konsultan dan Survei MY Institute menggelar rilis survei opini publik dengan tema “Isu Sosial dan Dinamika Elektoral Jelang Pendaftaran Calon Kepala Daerah pada Pilkada Sumbawa 2024”.
Kegiatan tersebut diisi oleh pembicara pertama Yadi Satriadi, selaku peneliti sekaligus ketua metodologi MY Institute dan pembicara kedua Miftahul Arzak selaku Direktur MY Institute.
Survei tersebut dilaksanakan pada 20 Juli – 2 Agustus 2024 menggunakan margin of error +/- 5% dengan tingkat kepercayaan 95% sehingga mendapatkan responden 400 orang.
Sampel dipilih dengan menggunakan Multistage Random Sampling yang terdistribusi secara proporsional di setiap Kecamatan se-Kabupaten Sumbawa.
Selain itu, yang membedakan dengan survei sebelum-sebelumnya, survei kali ini menggunakan Teknik quality control dengan cara melakukan callback responden yang telah diwawancarai oleh surveyor sebayak 30% dari seluruh responden yang dipilih acak oleh supervisi di setiap kecamatan,”ungkap Yadi, Kamis (8/8)
Menurut Yadi, secara umum persebaran responden dalam setiap survei politik tidak semua karakteristik dapat dijadikan validasi.
Berdasarkan beberapa penelitian ilmu politik terdapat 3 poin penting untuk melihat persebaran responden, yaitu berdasarkan representasi jumlah pemilih di masing-masing kecamatan, rasio indeks jenis kelamin, dan persebaran penduduk kota dan desa.
Pada rilis survei kali ini, yang paling penting untuk diperhatikan bersama-sama terutama untuk pasangan calon yang akan maju kedepannya dapat lebih memperhatikan terkait masalah sosial yang terjadi dilingkungan sekitar khususnya Kabupaten Sumbawa tegasnya..
Dilanjutkan pemarapan Mifta yang menyampaikan bahwa tujuan utama dalam survei ini adalah memperlihatkan masalah social di Tengah Masyarakat, sehingga bakal calon bupati dan wakil bupati yang saat ini akan berkompetisi lebih banyak berfokus pada masalah sosial, dibandingkan hanya fokus pada perebutan partai politik.
Oleh karena itu, Miftah di awal menyampaikan terkait masalah terbesar berdasarkan penilaian masyarakat Sumbawa. Pertama, masalah di bidang infrastruktur sebesar 41%, selanjutnya kurangnya lapangan pekerjaan sebesar 11,8% dan disektor pertanian sebesar 15,5%.
Adapun permasalahan infrastruktur yang menjadi kekhawatiran masyarakat Sumbawa ialah banyaknya jalan rusak, kurangnya lampu jalan di berbagai desa, dan hampir di setiap akses jalan masuk ke desa mengalami kerusakan.
Sedangkan di sektor pertanian, harga dan ketersediaan pupuk maupun bibit menjadi masalah utama, serta ketidakstabilan harga jual dari hasil pertanian.
Rata-rata masyarakat Sumbawa juga menganggap tingkat informasi lowongan pekerjaan yang tersedia tergolong cukup rendah. Selanjutnya, disusul permasalahan pada penanggulangan sampah dan lingkungan, pelayanan kesehatan yang masih kurang memadai, kebutuhan pokok (kurangnya air bersih dan harga sembako yang terus menerus mengalami kenaikan), tidak meratanya bantuan sosial kepada masyarakat, sulitnya pembayaran pendidikan sekolah, kurangnya pelayanan birokrasi dan administrasi, serta masih tingginya tingkat kriminalitas yang terjadi di Sumbawa dan masih maraknya penjualan obat-obat terlarang seperti narkotika.
Setelah menjelaskan terkait masalah sosial di Tengah Masyarakat Sumbawa, Direktur MY Institute tersebut memaparkan Top of Mind atau penilaian masyarakat terhadap Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa tanpa diperlihatkan gambar, nama atau sejenis specimen. Nama-nama yang muncul menurut penilaian masyarakat Sumbawa, sebagai berikut:
Syarafuddin Jarot : 32%
Dewi Noviany : 15,8%
Mahmud Abdullah : 9%
Abdul Rafiq : 8,3%
Sahril : 8%
Mohamad Ansori : 1%
Fahri Hamzah : 0,8%
Johan Rosihan : 0,8%
Nurdin Ranggabarani : 0,8%
Talifuddin : 0,5%
Burhanuddin Jafar Salam : 0,5%
Sudirman : 0,3%
Tidak Tahu/Belum Bersikap : 22,2%
32% pemilih menilai Syarafuddin Jarot cocok menjadi Bupati Sumbawa 2024. Jarot masih unggul dibandingkan nama-nama lainnya ketika masyarakat diminta untuk menyebutkan nama yang cocok menjadi Bupati Sumbawa 2024-2029.
Selisih antara Jarot dan Novi yang berada pada urutan kedua mencapai 16,2%, angka ini telah berada di luar Margin of Error (+/- 5%).
Disusul di posisi ketiga Mahmud Abdullah, Abdul Rafiq diposisi keempat, Sahril, Mohamad Ansori, Fahri Hamzah, ohan Rosihan, Nurdin Ranggabarani, Talifuddin, Burhanuddin Jafar Salam, Sudirman secara berurutan dari persentase tertinggi ke terendah, Sisanya 22,2% pemilih tidak tahu atau belum bersikap.
Nama-nama yang muncul ini dinilai oleh responden tanpa diperlihatkan gambar atau diinfokan nama sebelumnya tegas Miftah.
Direktur MY Institute tersebut melanjutkan dengan menyebutkan nama yang cocok menjadi wakil Bupati Sumbawa 2024. Nama-nama yang muncul menjadi Wakil Bupati Sumbawa 2024 menurut penilaian masyarakat Sumbawa, sebagai berikut:
Mohamad Ansori : 26,5%
Talifuddin : 13%
Sudirman : 9,8%
Burhanuddin Jafar Salam : 9,5%
Dewi Noviany : 2,5%
Lalu Budi Suryata : 1,3%
Abdul Rafiq : 0,6%
Amri S.Sos : 0,6%
Syarafuddin Jarot : 0,3%
Mahmud Abdullah : 0,3%
Sahril : 0,3%
Tidak Tahu/Belum Bersikap : 35,3%
Menurut masyarakat Sumbawa dengan persentase tertinggi sebesar 26,5% ialah Mohamad Ansori.
Ansori masih unggul dibandingan bakal calon lainnya ketika masyarakat diminta untuk menyebutkan nama yang cocok menjadi Wakil Bupati Sumbawa 2024-2029.
Selisih antara Ansori dan Talifuddin sebesar 13,5%, sedangkan Talifuddin dengan Sudirman selisih 3,2% sebagai Wakil Bupati Sumbawa 2024-2029.
Secara berurutan berikut posisi nama bakal calon Wakil Bupati Sumbawa 2024 Sudirman menempati posisi ketiga, Burhanuddin Jafar Salam, Dewi Noviany, Lalu Budi Suryata, Abdul Rafiq, Amri S.Sos, Syarafuddin Jarot, Mahmud Abdullah, dan Sahril, sisanya 35,3% belum menentukan sikap atau tidak tahu. Nama-nama yang muncul ini dinilai oleh responden tanpa diperlihatkan gambar atau diinfokan sebelumnya tegas Miftah sekali lagi.
Selanjutnya, MY Institute juga mencoba melakukan simulasi keterpilihan secara berpasang berdasarkan nama nama yang muncul pada top of mind Bupati dan Wakil bupati serta nama-nama sering muncul dan banyak dibicarakan di media social dan dilihat berdasarkan top of mind.
Simulasi ini menurut Miftah tidaklah terlalu penting, karena menurutnya simulasi ini bisa berubah bahkan hingga pendaftaran nanti.
Namun, simulasi ini ingin melihat bagaimana kekuatan petahana dan penantang yang terjadi pada pilkada Sumbawa 2024 mendatang. Pada simulasi 4 pasang calon
Jarot Ansori : 39,5%
Novi Talif : 19,3%
Rafiq Sahril : 18,8%
Mo BJS : 9,3%
Belum Bersikap : 13,1%
Pada Simulasi tersebut, pasangan Jarot-Ansori memiliki tingkat keterpilihan tertinggi per Juli-Agustus 2024, dan memiliki selisih yang cukup jauh 20,2% dengan pasangan Novi-Talif.
Sedangkan, pasangan Rafiq–Sahril yang berada di posisi ketiga memiliki selisih 0,5% (atau berada di dalam margin of error +/- 5%) dengan Novi-Talif, dan Mo-BJS berada pada posisi paling rendah dengan selisih 9,5% dengan Rafiq-Sahril.
Sedangkan yang belum bersikap masih mencapai 13,1%. Simulasi ini tentunya bukan ajang untuk memperlihatkan mana yang lemah ataupun yang kuat tegas Miftah selaku Direktur MY Institute.
Miftah juga menegaskan bahwa hasil dari simulasi keterpilihan tersebut terdapat hubungan dengan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan sebelumnya yang kurang memuaskan.
Masyarakat diindikasi menginginkan antitesis atau orang yang berbeda dengan pemerintahan sebelumnya dikarenakan masyarakat berharap dengan adanya antitesis tersebut dapat membangun Sumbawa lebih baik kedepannya.
Oleh karena itu, pasangan Jarot-Ansori dan Rafiq-Sahril dapat dikatakan diuntungkan karena termasuk ke dalam antitesis atau orang yang berbeda dari pemerintah sebelumnya.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa simulasi diatas akan berubah dengan seiringnya waktu hingga pendaftaran mendatang.
Miftah menjelaskan bisa saja akan muncul nama-nama baru saat proses pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU) nantinya.(Herman)