
PLN Dukung Penuh Akselerasi Penggunaan KBLBB di Indonesia
Sementara untuk motor listrik, ia mengakui bahwa kebutuhannya agak berbeda karena kapasitas baterai yang digunakan sangat kecil hanya 2,5 kWH.
“Artinya sekali nge-charge hanya 50-60 km. Sedangkan ojek itu rata-rata sehari 120 km, jadi mohon maaf kalau motor listrik nge-charge menggunakan colokan biasa itu 4 jam. Artinya apa, untuk motor listrik kalau digunakan sendiri yang hanya sekitar 20-30 km cukup tetapi untuk ojek listrik yang 120 km dan di tengah hari harus nge-charge 4 jam itu secara operasional tidak visible,” ungkap Darmawan.
Oleh karena itu, upaya yang dilakukan PLN dengan membangun stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU).
“Untuk itu, kami dengan terpaksa harus membangun SPBKLU itu swap baterai, jadi akan berlangganan dan ini sudah bisa berjalan kemudian membelinya per kwh listriknya,” tuturnya, dikutip dari antara.
Khusus untuk kendaraan bermotor listrik, Darmawan mengatakan PLN juga bekerja sama dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk mengembangkan standar infrastruktur kendaraan listrik roda dua yang sebelumnya terserak dan terfragmentasi menjadi suatu standar yang terintegrasi.
“Kami bekerja sama dengan IBC dan kami juga bekerja sama dengan semua manufaktur dari motor listrik. Kami kumpulkan bersama-sama kami rembuk bagaimana kalau swap baterai untuk motor listrik tetapi beterainya desainnya masing-masing satu dengan lain tidak interchangable,” kata dia.
Oleh karena itu, PLN membangun suatu kesepakatan bersama untuk standarisasi perangkat baterai di mana nantinya baterai dari suatu manufaktur juga bisa digunakan pada manufaktur lainnya.
“Di sini interchangeable dan yang penting mereka membayar dan kami men-tracking baterai itu dalam suatu ekosistem digital platform yang menjadi milik bersama,” ujar Darmawan. (qq)