SL 2 & 4 Menerangkan, Pentingnya Petani Memilih Bibit Dan Mengawasi Pertumbuhan Tanaman Dimasa Vegetatif 1

BERITA

Nara Sumber, Khoirul Arifin bersama Petani yang melakukan praktik langsung di salah satu lahan milik petani Sekolah Lapang progam Budidaya Padi Ramah Lingkungan (BPRL) AQUA Keboncandi.

PASURUAN, Harnasnews – Program Budidaya Padi Ramah Lingkungan (BPRL) yang makin digaungkan oleh PT. Tirta Investama Pabrik Keboncandi (AQUA Keboncandi) yang bermitra dengan Yayasan Sekola Konang Indonesia (YSKi) di awal tahun 2024.

Dalam perwujudan program BPRL, Aqua Keboncandi bermitra dengan YSKI melaksanakan Sekolah Lapang (SL) seri 2 & 4, pada hari Jumat (23/02/2024). Pada seri 2 mengacu pada teknik pengolahan, penyiapan bahan tanam dan persemaian.

Sedangkan pada seri 4 mengacu pada perawatan, pengamatan pertumbuhan dan OTP fase vegetatif 1 yang dilaksanakan di kediaman salah satu petani yang berada di Desa Gading, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan.

Nara sumber pada acara berasal dari LSP Pertanian Seloliman, Khoirul Arifin menjelaskan terkait materi yang ada, juga menerangkan bahwa Sekolah Lapang sengaja dilakukan dengan langsung praktik biar para petani bisa langsung mengerti terkait materi yang diterima.

“Di SL seri  2 menitik beratkan pada kwalitas bibit masuk dalam kategori bernas yang bisa memiliki banyak nutrisi, sehingga petani bisa memberikan nutrisi setelah 15 hari setelah tanam. Pada SL seri 4 lebih melakukan peninjauan padi saat vegetatif 1 (saat padi masih berumur 1 bulan),” terang Khoirul Arifin.

Para petani diberikan edukasi secara langsung dengan praktik didalam Sekolah Lapang. Seperti di SL seri 2, petani diberikan cara untuk mengetahui bibit padi yang masuk dalam kategori bernas melalui media air yang dicampur dengan garam.

“Dengan media ini para petani bisa memilah bibit padi yang baik, bibit yang terapung harus segera diangkat keluar karena masuk kategori bibit yang kurang baik. Bibit yang tenggelam masuk dalam kategori bernas, harus segera diangkat juga lalu dibersihkan dengan air biasa,” urai Nara Sumber sambil mencontohkan cara memilah bibit.

Selian itu, Khoiril Arifin memberikan edukasi terkait cara mengetahui biota serta hewan yang ada dilahan juga memberikan beberapa metode supaya petani bisa menanggulangi serangan hama dan penyakit pada masa vegetatif 1 yang masuk pada SL seri 4. Dengan memasang lampu ditengah lahan saat sore pada pukul 18.00 WIB sampai 19.15 WIB.

Pemasangan lampu sendiri, bertujuan untuk mengetahui hewan yang ada dilokasi lahan. Pemilihan waktu pemasangan lampu sengaja dipasang saat hewan mulai beraktifitas, yakni pada sore hari.

“SL seri 4 menitik beratkan pada pengawasan petani terhadap pertumbuhan tanaman pada lahan, untuk mengetahui secara dini tanda yang menyerang pada masa pertumbuhan. Seperti yang kita bersama temukan terkait tanaman padi yang terlalu dalam saat menanam,” ucap Khoirul Arifin yang akrab dipanggil Arif.

Ditambahkan Arif, dengan program BPRL petani pada akhirnya bisa melakukan penanggulangan secara dini dalam menghadapi hama dan penyakit yang menyerang dilahan pertanian. “BPRL bisa mengurangi biaya tanam secara signifikan, namun musuh petani BPRL pada akhirnya hanyalah rumput yang tumbuh subur,” tuturnya.

Subur Sampurno (49) petani asal Desa Gading, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan terlihat sangat antusias melihat serta mempelajari yang diterangkan oleh nara sumber.

“Semua memang berproses mas, tapi dengan BPRL dari PT. Tirta Investama (AQUA Keboncandi) yang bermitra dengan YSKI yang selalu setia memberikan edukasi juga praktik langsung dilapangan, bisa banyak membantu saya dalam melakukan pertanian padi,” pungkas Subur.(Hid)

Leave A Reply

Your email address will not be published.