Pengamat: Sudahi Konflik di Musda Golkar

Idrus menilai, persoalan-persoalan internal partai jelang Musda di sejumlah daerah ini akan memunculkan pertanyaan, konflik elite Golkar di daerah akan mencerminkan buruknya manejemen partai secara nasional. Kenapa, karena elite partai yang memainkan elite daerah untuk merebut kursi pimpinan di daerah akan menjadid indikasi semakin tingginya eskalasi pesaingan di tubuh partai yang notabene hanya untuk kepentingan pribadi dan bukan kepentingan partai bukan memberikan kemajuan tetapi bisa membuat partai akan semakin lemah.

“Partai akan terpecah lagi dan semakin lemah dalam menghadapi pesaingan eksternal dalam pilkada maupun pemilu nanti pada 2024. Tidak percaya, lihat perkembangan eksternal, partai lain semakin solid sehingga di mata kader sendiri partai lain semakin kuat dan sulit dikalahakan dalam peristiwa demokrasi baik lokal maupun nasional,” ungkap Idrus.

Pada situasi dan kondisi ini, Idrus mengimbau saatnya elite Partai Golkar introspeksi bagaimana partai ke depan dengan adanya konflik-konflik internal partai di daerah dalam suksesi kepemimpinan melalui Musda? Barangkali lebih tepatnya bagaimana manajerial di tubuh partai ini berpengaruh dan mencerminkan elite partai dalam memimpin partai ke depan.

Di sini diharapkan visioner para elite partai di level atas agar bisa membendung konflik jelang musda dengan mengutamakan kepentingan partai ketimbangan individu yang semakin menonjol. Para elite itu bisa kembali melihat visi dan misi partai sebagai partai yang mengedepankan persatuan dari  berbagai unsur yang beragam di tanah air.

Idrus berpandangan, para elite itu sudah semestinya secara bersama bisa mengembalikan kekuatan partai melalui dibangunnya hubungan yang kohesif antar elite partai di level nasional sehingga Musda akan berbuah manis untuk kemenangan partai dalam pilkada yang bertempur dengan kader partai lain dalam merebut kursi pimpinan lokal.

Pada kesempatan itu, Idrus juga menyinggung gagalnya partai politik dalam memberikan pendidikan politik dalam proses kaderisasi partai karena ancaman oligarki politik. Adagium bahwa partai politik hanya memproduksi politikus, bukan negarawan, terus mendapat konfirmasi dalam kultur politik di negeri ini.

“Bahkan lebih parah, alih-alih menciptakan pemimpin-pemimpin negeri yang cemerlang, parpol malah lebih sering diidentikkan sebagai entitas penghasil koruptor. Identifikasi itu mungkin terlalu berlebihan, tapi tentu juga bukan tanpa alasan,” ucap Idrus. (Jm)

 

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.