Warga Pulau Sebuku Minta Pelayanan PLN Maksimal

“Kalau bisa 24 jam diharapkan nanti ada unit bank dan cabang-cabang usaha sebagaimana di daerah lain juga ada di Pulau Sebuku, sehingga masyarakat tidak lagi berurusan ke kota,” harapnya.

Sementara itu, Manajer PT PLN Area Kotabaru Sudarto mengatakan gangguan listrik yang sering terjadi di Pulau Sebuku lebih disebabkan faktor alam.

Ini karena jaringan listrik banyak melewati pohon-pohon dan terkadang mengenai kabel jika diterpa angin kencang.

“Kami akan melakukan pemeliharaan besar-besaran, khususnya di perbaikan jaringan. Mungkin sudah bertahun-tahun tidak ada sentuhan yang maksimal,” katanya.

Sedangkan dari sisi pembangkit tidak ada masalah karena mesin yang ada di Unit Listrik Desa (ULD) Sungai Bali relatif masih baru.

ULD Sungai Bali memiliki daya mampu pembangkit 1.375 KW, sedangkan beban puncak baru separuhnya, sehingga secara ketersediaan listrik sangat mencukupi.

Namun demikian, listrik belum dapat menyala 24 jam karena terkait kuota bahan bakar minyak (BBM).

“Memang dulu sempat menyala 24 jam, tapi waktu itu hanya untuk uji coba mesin baru,” terang Sudarto.

Setiap hari operasional ULD Sungai Bali menghabiskan 1.400 liter BBM jenis solar. Dengan harga solar industri dan ongkos angkut Rp 6.712, maka biaya untuk membangkitkan 1 KWH setara Rp1.946.

“Jika dalam sebulan produksi 160 ribu KWH, maka biaya produksi kami Rp312 juta. Sedangkan pendapatan dari rekening listrik hanya Rp 145 juta, sehingga ada selisih Rp 167 juta yang ditanggung pemerintah. Itu baru BBM, belum lagi pemeliharaan, gaji pegawai,” ujarnya. (Ant/Red)

Leave A Reply

Your email address will not be published.