Aksi Teroris Dinilai Tetap Hantui Masyarakat Jika Program Deradikalisasi Tidak Tepat Sasaran

Pola pendekatan yang paling efektif yakni bagaimana merubah mindset radikal dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan sebagaimana yang pernah dilakukan di era orde baru terhadap kelompok-kelompok ekstrim.

Selanjutnya mereka diberikan pendampingan yang melekat kemudian diperlakukan dengan adil sebagaimana masyarakat yang lain.

“Pemerintah bisa saja merekrut mantan aktivis NII yang kembali ke pangkuan NKRI kemudian tahu betul garis perjuangan yang selama ini diyakini oleh kelompok radikal tersebut,” ujarnya.

Lebih lanjut, kata Asep, cikal bakal lahirnya gerakan radikal itu dari kelompok NII. Jika dahulu pola perlawanannya memanggul senjata dan berkonvrontasi dengan tentara dan rakyat tapi saat ini gerakan mereka beralih dengan meneror.

Untuk mengajak kembali dari faham sesat kepada faham yang ma’ruf kepada kelompok radikal itu, tentunya hanya orang-orang yang pernah memiliki garis perjuangan yang sama yakni mantan aktivis NII yang kembali ke pangkuan NKRI, dan dipastikan sudah berpengalaman dalam mencuci otak.

“Karena gaya mereka (kelompok radikal) sangat piawai dalam mencuci otak khususnya terhadap anak-anak muda dalam usia labil,” kata Asep.

Dikatakan Asep, ada dua lembaga negara yang selama ini fokus terhadap penanganan teroris, yakni Badan Nasional Penanggulangan
Teroris (BNPT) dan Detasemen Khusus 88. Dua lembaga ini berfungsi dalam rangka pencegahan dan penindakan terorisme di Indonesia.

Jadi, kata Asep, percuma saja Densus 88 melakukan tindakan seperti menangkap pelaku teroris jika pencegahan di antaranya program deradikalisasi yang dilakukan BNPT tidak tepat sasaran.

Dia menyontohkan, di saat Densus menangkap teroris di Kota A, namun di waktu yang berbeda ada aksi teror di Kota B. Akhirnya yang muncul asumsi publik bahwa Densus 88 hanya penggiringan opini.

“Padahal faktanya yang sesungguhnya pasukan Densus 88 itu untuk menangkap aksi teror harus berjibaku antara hidup dan mati. Oleh karenanya, secara organisasi kami dari Prabu Faoundation sangat mengapresiasi kinerja Densus 88,” tandasnya.

Kendati demikian, meski Densus 88 kerap menangkap teroris, aksi teror itu tetap menghantui masyarakat jika program deradikalisasi tidak berjalan dengan efektif dan tepat sasaran. (Red)

Leave A Reply

Your email address will not be published.