Aksi Teroris Dinilai Tetap Hantui Masyarakat Jika Program Deradikalisasi Tidak Tepat Sasaran

 

JAKARTA, Harnasnews – Aksi teror bom yang baru-baru ini terjadi di Polsek Astana Anyar Bandung, yang diduga dilakukan oleh kelompok Islam radikal tidak boleh dianggap enteng.

Sebagaimana yang diasumsikan sejumlah masyarakat bahwa aksi bom bunuh diri itu hanya sebatas penggiringan opini di tengah isu menghangatnya suhu politik jelang Pemilu 2024 mendatang.

Direktur Eksekutif Parasanda Bumi Partiwi yang tergabung dalam Prabu Foundation (FB) Asep Muhargono mengungkapkan, bahwa aksi teroris itu faktanya ada. Untuk itu dalam meredam dan menyadarkan kelompok radikal tidak cukup melalui pendekatan seminar maupun diskusi terbuka.

“Sebab yang ada di benak mereka (teroris) itu bahwa apa yang dilakukan itu merupakan panggilan jihad. Padahal  itu merupakan kekeliruan yang fatal dan pemahaman yang sesat dalam memaknai perjuangan dalam membela agama Allah,” ujar Asep kepada Harnasnews di Jakarta, Rabu (14/12/2022).

Jika pola penyadaran terhadap kelompok radikal itu hanya dengan seminar maupun menghadirkan pembicara yang tidak kompeten di bidangnya, maka hanya akan menimbulkan masalah baru.

“Yang perlu diperbaiki dari kelompok radikal itu fahamnya bukan menghadirkan orangnya dalam bentuk fisik melalui seminar. Sebab,  jika berbicara pemahaman soal Aqidah mereka (kelompok radikal-red) pastinya lebih pandai dalam mengurai ayat-ayat Qur’an sesuai dengan versi yang difahaminya,” ucap Asep.

Menurut dia, terpenting untuk mengubah pola pikir mereka dari faham yang selama ini mereka anut agar kembali disadarkan bahwa Islam itu merupakan agama Rahmatan Lil Alamin.

“Sebab doktrin yang dianut oleh kelompok tersebut selama ini adalah memaknai bahwa konsep ibadah itu hanya berjihad. Tapi bagaimana berbicara geopolitik dan geoekonomi dipastikan tidak menguasai,” katanya.

Praktis semenjak diserukannya Komando Jihad, beberapa tahun silam, strategi yang dibangun oleh kelompok tersebut selalu pupus. “Mereka hanya melakukan gerakan sporadis. Bahkan tidak sedikit dari kalangan mereka melakukan tindakan kriminal guna memenuhi kebutuhan hidup,” jelas Asep .

Untuk itu, diperlukan pendekatan secara personal dan persuasif terhadap kelompok-kelompk yang diduga berafiliasi dengan Islam radikal tersebut.

Asep mengungkapkan, jika berbicara sejarah, lahirnya gerakan radikal itu karena ketidakpuasan sekelompok umat Islam terhadap pemerintahan yang sah.

Leave A Reply

Your email address will not be published.