Perlawanan Anti Oligarki di Tubuh PDIP

JAKARTA, Harnasnews.com – Perseturusan antara Ganjar Pranowo dengan Puan Maharani terkait dengan popularitas kandidat capres 2024 mencerminkan terjadinya pergeseran pemikiran ideologis para kader terutama generasi milenial yang menghendaki perubahan dalam proses regenerasi di tubuh PDI Perjuangan.

Center for Public Policy Studies (CPPS) Indonesia menilai  popularitas Ganjar yang dikenal merakyat merepresentasikan figur sebagai partainya wong cilik. Di samping sebagai kader nasionalis, gubernur Jateng itu  juga bisa diterima oleh semua kelompok.

Sedangkan Puan Maharani, meskipun menduduki posisi mentereng sebagai ketua parlemen dan pernah menjabat menteri, namun sayang kurang dimanfaatkan oleh dirinya (Puan) untuk menunjukkan kinerjanya, sehingga elektabilitasnya masih rendah.

“Boleh jadi perbedaan gaya kepemimpinan dengan Ganjar. Sementra Puan lebih elitis dan oligarkis yang dipastikan tidak cocok dengan kultur masyarakat Indonesia,” kata Direktur eksekutif CPPS Indonesia Bambang Istianto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (27/5/2021).

Menurutnya, sulitnya PDIP mendongkrak elektabilitas Puan dibanding Ganjar, tentu menjadi persoalan pelik bagi PDI Perjuangan untuk memenuhi ekspektasinya dalam pemilu 2024.

“Bahkan kami menilai bahwa konflik di tubuh PDIP yang belakangan ini kian hangat diperbincangkan di ruang publik bukan sebatas rekayasa untuk menaikan rating partai,” katanya.

Hal itu ketika muncul pernyataan dari salah satu kader PDIP yang membandingkan nasib Ganjar akan sama dengan mantan wakil gubernur Jateng Rustriningsih. “Padahal membadingkan apel to apel tidaklah tepat,” ujarnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.