Efektivitas Vaksin Unair “Merah Putih”98,9% Tekan Covid-19

Nasional

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa Didampingi Rektor Universitas Airlangga Prof M Nasih Dan Direktur RSUA Prof. Dr. Nasronudin, dr.,Sp.PD.,K-PTI.
Saat Meninjau Ruang Isolasi Pasien COVID-19 di RSUA.(Foto:Pul)

Surabaya,Harnasnews.com – Persebaran virus corona “Covid-19” belum juga menunjukkan akhir, di mana setiap hari kasus positif terus bertambah dan sulit dikendalikan karena belum ada obat yang pas untuk mengobati virus tersebut.

Rektor Universitas Airlangga,Prof Mohammad Nasih,menyebutkan bahwa pihak unair juga sedang meneliti vaksin virus corona. Hanya saja, butuh waktu panjang.

“Untuk jangka menengah, kami meneliti obat yang baru sama sekali, di luar obat-obat yang beredar. Tapi itupun sangat-sangat panjang waktunya.

Jadi tak cukup untuk yang jangka menengah, bulan September kemarin uji in vitro tuntas. Sekarang masih percobaan di tikus besar.”

Prof Nasih menyebutkan,Obat yang merupakan kombinasi dari 3 jenis obat tersebut didapatkan sebagai hasil dari penelitian Unair Surabaya bersama TNI Angkatan Darat (AD),serta Badan Intelijen Negara (BIN).

Bahkan hingga kini Unair pun telah menyelesaikan uji klinis tahap ketiga obat penawar untuk penanganan pasien Covid-19, namun masih harus menunggu perizinan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

“BPOM dan pemerintah masih fokus dalam hal vaksin. Artinya obat kombinasi yang sudah kami proses untuk uji klinis saat ini supporting pemerintah sudah berkurang. Yang pasti kami sangat bersyukur obat kombinasi ini masuk dalam rekomendasi ikatan dokter paru indonesia,”urainya.

Prof Nasih,mengungkapkan riset kombinasi obat dilakukan dalam rangka jangka pendek untuk segera mengatasi Covid-19.

Sehingga jika saat ini sudah masuk pada pengembangan vaksin, maka perlu dikaji lebih lanjut apakah perlu meneruskan riset kombinasi obat.

Pengujian vaksin ini, dikatakan Prof Nasih bekerjasama dengan Oxford University, termasuk uji lainnya yang melibatkan RS Unair dan RSUD Dr Soetomo.

Kalau uji obat harus dibandingkan dengan orang tanpa obat atau placebo. Ketika ada sekian orang yang sembuh, harus dibandingkan pada kelompok yang menggunakan obat dan tidak.”

“Karena Covid ini penyakit yang bisa sembuh sendiri kalau sistem imunnya kuat.”

Baru bisa dikatakan obat tersebut efektif adalah ketika secara statistik pasien yang sembuh dengan obat signifikan.”tutur Nasih”.

Ia berharap adanya temuan ini bisa mengurangi beban dokter dan rumah sakit yang selama ini mengalami kelebihan kapasitas. Pasalnya proses penyembuhan pasien Covid-19 cukup lama atau sekitar dua minggu.

Prof Nasih,mengatakan kalau dengan obat ini cukup tiga hari saja dan sudah berapa kapasitas rumah sakit yang bisa diputar untuk pasien lain? Sehingga aspek ekonomi akan jalan. Jadi ini perlu untuk jadi pemikiran semua pihak sehingga fokusnya jangan lagi menambah rumah sakit, tapi bagaimana penanganan lebih cepat.”

Mengenai efektivitas vaksin tekan Covid-19,Rektor unair Prof Nasih menjelaskan uji klinis terhadap manusia, kata Mohammad Nasih, baru dilakukan pada Juli silam dengan mengikut sertakan sekitar 750 pasien Covid-19 yang tersebar di 13 rumah sakit di Pulau Jawa.

Ratusan pasien Covid-19 yang dimasukkan dalam uji klinis itu berstatus sakit ringan, sedang, dan berat serta bergejala. Namun khusus untuk pasien yang memiliki penyakit bawaan, hamil, dan anak, tidak diikut sertakan.

Ketika pasien-pasien tersebut diberikan tiga macam obat kombinasi dalam rentang waktu antara satu sampai tiga hari atau satu hingga tujuh hari, tingkat kesembuhan, klaimnya, mencapai 90% lebih.

“Tiga hari pertama kita sudah bisa sampai 90%. Kemudian kita evaluasi di tujuh hari pertama dan seterusnya. Secara umum efektivitasnya 92-98% untuk beberapa kombinasi yang ada.”

Hal senada juga disampaikan,Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga (Unair) Purwati bahwa obat terbaru Covid-19 buatan Indonesia memiliki efektivitas tingkat kesembuhan yang tinggi bagi pasien Covid-19.

Obat tersebut diyakini mampu membunuh virus mencapai 90 persen setelah diberikan dalam kurun waktu 1-3 hari, yang diuji berdasarkan hasil pemeriksaan PCR.

Bahkan dalam sejumlah kondisi, efektivitas obat ini bisa mencapai 98,9 persen yang artinya hampir seluruh virus bisa mati dalam waktu singkat.

Selain itu dosis yang dihasilkan lebih rendah apabila obat diberikan secara tunggal, jadi obat tersebut sangat aman untuk tubuh,Ujarnya.

Nantinya obat tersebut dijadikan sebagai obat tunggal yang telah diberikan kepada pasien Covid-19 di berbagai belahan dunia,Pungkasnya.[PUL]

Leave A Reply

Your email address will not be published.