
Industri Baja Nasional Perkuat Strategi Percepatan Pengembangan Infrastruktur
“Kesimpulannya yang pertama, inovasi jadi bagian kunci keberlangsungan baja kita. Terus yang kedua, pemerintah, baik pusat, daerah, BUMN harus mengalokasikan minimal proyek-proyek infrastruktur yang menjadi bagian penting penyerapan baja nasional. Itu harus diprioritaskan. Yang ketiga, inovasi bagian yang tidak terpisahkan di dalam membangkitkan ekonomi di era pandemic covid ini. Yang keempat adalah penegakkan SNI, instrument-instrumen lain, termasuk TKDN menjadi kunci juga untuk menumbuhkan industry baja agar tetap terjaga dari berbagai barang impor yang mungkin seharusnya bisa kita produksi. Konsep yang kita bangun adalah bagaimana utilitas industry ini tetap tumbuh, minimal tidak jatuh. Jadi kita tumbuh ini karena demand yang ada juga tetap bergerak,” ujarnya lagi.
Dalam kesempatan yang sama, narasumber berikutnya yaitu Stephanus Koeswandi, Vice President PT Tata Metal Lestari, perusahaan penyedia Baja Lapis Zinc Aluminium dengan merek Nexalume dan Baja Ringan TASO, memaparkan strategi pelaku usaha dalam menjaga industri baja nasional dalam percepatan infrastruktur di masa pandemic. Ia menjelaskan, seperti sepakbola, ada 2 strategi yang dapat dilakukan pengusaha dalam kondisi ini. Yang pertama adalah strtegi bertahan. Caranya dengan menjaga kesehatan dan keamanan kerja di lingkungan industri baja nasional, dan menjaga perekonomian dan memproteksi industri baja nasional dari baja impor.
Stephanus menambahkan, ada juga strategi maju ke depan. Langkah yang bisa dilakukan menurutnya dengan mempercepat inovasi dalam industri baja, inovasi berbasis metal secara berkesinambungan, kemudian meningkatkan standard dan yang terakhir memperkuat UMKM dan IKM khususnya untuk baja konstruksi.
Stephanus menambahkan, baja merupakan Mother of Industry, dari sebuah negara. Karenannya ia berharap dukungan untuk dapat menjaga dan meningkatkan standarisasi di industri ini. Salah satunya dengan spercepatan kebijakan wajib SNI khususnya untuk profil baja ringan guna melindungi industri baja dalam negeri dari produk impor.
“Industri ini ibaratnya sedang tidak sehat sehingga membutuhkan obat untuk jangka pendek seperti safeguard jangka menengah seperti SNI dan jangka panjang seperti kepastian energi dan lain sebagainya,” kata Stephanus.
Menurutnya, SNI Bagi industri baja sangat penting, khususnya untuk konsumen akhir melihat spesifikasi yang tertera jelas dalam setiap produk, untuk menjamin keamanan bangunan.
Menanggapi hal ini, Kepala Badan Standarisasi Nasional, Kukuh S Achmad menyampaikan, tahun ini masih ada 9 Daftar Program Nasional Regulasi Teknis 2019-2020 terkait baja untuk disahkan. Ia menjelaskan, nantinya jika SNI untuk 9 produk baja tersebut disahkan diharapkan dapat menjadi jawaban pelaku industri atas persoalan daya saing dan kemandirian selama ini. Pasalnya, produk impor memang perlu diatur untuk menjaga produk dalam negeri.
“SNI produk baja ini sedang dirumuskan bersama Kementerian Perindustrian, mudah-mudahan ini yang diharapkan industri,” katanya dalam kesempatan yang sama. (Red)