
Dikatakan pula bahwa politik telah didesain oleh laki-laki untuk melanggengkan hegemoni itu sendiri. Oleh sebab itu, perempuan harus berupaya lebih untuk masuk ke dalam ranah politik.
“Sebenarnya ketika baru mau masuk saja (ke ranah politik), itu sudah memberikan harga yang lebih besar uang akan dia bayar karena dia akan menjadi sosok yang menghancurkan hegemoni tersebut,” kata Rizka, dikutip dari antara.
Ia menjelaskan bahwa keterlibatan perempuan di ranah politik juga menemui permasalahan dari segi bias pragmatis.
“Permasalahannya ada yang namanya bias pragmatis, baik dari parpol (partai politik) atau dari voters (pemilih), menilai bahwa chance (kesempatan) perempuan akan sangat sulit. Jadi, secara pragmatis mereka akan memilih laki-laki saja,” jelas Rizka.
Akan tetapi, Rizka menilai permasalahan tersebut dapat diperbaiki dengan mulai menggaungkan narasai dan membingkai kekhasan perempuan ketika memimpin.
“Framing kekhasan perempuan ini bukanlah kekurangan, melainkan malah jadi power (kekuatan). Nah, ini yang belum banyak framing-nya,” ujar Rizka. (qq)