Internet Suburkan Kultur Berdemokrasi Generasi Milenial

“Di era media sosial momentum anak muda untuk tampil sebagai politisi, sebagai pemimpin, tetapi juga jangan tampil tanpa punya substansi ide tadi,” pungkasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sebastian Salang, menurut dia, generasi milenial tidak lagi sekedar pengguna informasi tetapi menjadi kreator informasi. “Generasi milenial dikhawatirkan sulit mengenali dan merefleksi diri mereka sendiri,” ujarnya.

Meski begitu, lanjut Sebastian Salang, perilaku dan preferensi generasi milenial dinilai berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya. “Mereka generasi milenial hidup dalam perputaran informasi yang berusia sangat pendek. Informasi sangat cepat dimunculkan dan cepat juga berubah,” ujarnya.

Di tempat yang sama, pengamat politik Andi Mallarangeng mengatakan internet merupakan area baru untuk kampanye politik sekaligus sebagai sarana baru untuk mensosialisasikan dan meluncurkan kebijakan di tengah kompetisi informasi yang sangat luas.

Dari data yang ada, kata Andi Mallarangeng, jumlah pengguna internet di Indonesia kini mencapai 204,7 juta pengguna dimana. “Pada tahun 2019, pengguna internet di perkotaan mencapai 62 persen, sementara di pedesaan sekitar 36 persen,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Komisi 1 DPR Meutya Hafid dalam keynote speakernya mengatakan dalam konteks demokrasi digital, ruang digital melahirkan arena baru bagi diskusi demokrasi dengan prinsip-prinsip partisipatif, transparansi dan akuntabel.

“Demokrasi pada era ini bercirikan pelaksanaan penyampaian aspirasi dan diskusi kebijakan secara terbuka tanpa dibatasi ruang, waktu dan kondisi fisik,” katanya.

Politisi perempuan Partai Golkar itu meyakini perkembangan teknologi informasi dan digital yang cepat tentunya akan mengubah pola perilaku dan jenis kegiatan masyarakat dalam berpolitik. (Red)

Leave A Reply

Your email address will not be published.