
MWCNU Sokobanah Cetak Kader Militan
SAMPANG, Harnasnews — Di antara puluhan peserta Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) Angkatan ke-46 yang digelar MWCNU Sokobanah, nama Masto mungkin tidak mencolok.
Namun, pemuda asal Desa Bira Timur itu menyimpan kisah perubahan yang mendalam dari sekadar fanatik buta menjadi kader militan yang memahami betul makna dan arah perjuangan Nahdlatul Ulama.
“Jujur, saya dulu fanatik NU hanya karena ikut-ikutan. Tapi setelah tiga hari ikut PKPNU ini, saya merasa dilahirkan kembali sebagai kader yang sadar akan peran dan tanggung jawab,” ujar Masto dengan suara bergetar saat memberikan testimoni di akhir acara, Minggu (19/5/2025).
Selama tiga hari, Masto mengikuti berbagai materi yang disusun sistematis oleh instruktur PWNU Jawa Timur. Mulai dari Sejarah NU, Fikrah Aswaja, Strategi Perjuangan NU, hingga Teknik Advokasi dan Gerakan Sosial. Semua itu membukakan matanya tentang betapa luasnya khazanah NU, yang selama ini hanya ia lihat dari permukaan.
“NU bukan hanya tahlil dan qunut. NU itu gerakan kebudayaan, gerakan sosial, bahkan gerakan politik kebangsaan yang berpijak pada nilai tawassuth, tasamuh, dan tawazun,” katanya.
Kisah Masto menjadi bukti bahwa PKPNU bukan sekadar pelatihan biasa, melainkan ruang kaderisasi ideologis yang menyentuh sisi intelektual dan spiritual peserta. Ketua MWCNU Sokobanah, KH.Fauzan, menjelaskan bahwa kader yang dicetak dari forum ini diharapkan mampu menjadi lokomotif perubahan di akar rumput.
“PKPNU ini bukan untuk menambah barisan pengikut, tapi untuk membentuk penggerak — yang paham, militan, dan siap berkhidmat,” tegas kh.fauzan
Dengan mata berkaca-kaca, Masto mengakui bahwa pengalaman ini menjadi titik balik dalam hidupnya. Ia bertekad untuk kembali ke desanya dan menghidupkan NU dari basis anak-anak muda.
“Saya ingin teman-teman di Bira Timur juga merasakan apa yang saya rasakan. NU itu besar, dan kita punya tanggung jawab menjaganya,” tuturnya.
Kegiatan PKPNU Angkatan 46 di Sokobanah ini diikuti oleh peserta dari berbagai desa dan ranting NU, menunjukkan antusiasme kader muda terhadap proses kaderisasi. Di tengah tantangan zaman dan arus radikalisme digital, forum semacam ini menjadi benteng ideologis sekaligus ladang tumbuhnya pemimpin masa depan NU. (Anam)