Nadiem: Kurikulum 2022 Fleksibel, Sekolah Dapat Memilih

Dalam prosesnya pula, Nadiem menyatakan, sekolah-sekolah yang menerapkan kurikulum baru akan diberikan bantuan pembimbingan oleh Kemendikbudristek. Dengan adanya bantuan tersebut, diharapkan sekolah yang menerapkan kurikulum baru akan menjalani transisi dengan mulus.

Rencana mengenai penawaran kurikulum baru itu sebelumnya dilontarkan oleh Nadiem pada peringatan Hari Guru Nasional 2021. Lalu, beberapa hari berikutnya, Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, juga mengungkapkan rencana tersebut pada keterangan foto yang dia unggah di media sosialnya.

“Mulai tahun depan Kemendikbudristek akan menawarkan kurikulum yang lebih fleksibel. Kurikulum tersebut akan lebih berfokus pada materi yang esensial, tidak terlalu padat materi,” tulis Anindito pada akun Instagramnya, @ninoaditomo, dikutip Kamis (2/12).

Kurikulum yang sedemikian rupa, kata dia, penting diterapkan agar para guru memiliki waktu untuk pengembangan karakter dan kompetensi. Dengan begitu pula, para guru bukan hanya melakukan kejar tayang materi yang ada di buku teks.

Dia juga menuliskan, kurikulum prototipe itu tengah diterapkan secara terbatas di 2.500-an sekolah di seluruh Indonesia melalui program Sekolah Penggerak. Sekolah-sekolah yang menjadi peserta program itu, kata dia, mencerminkan keragaman yang ada di sistem pendidikan kita.

“Sebagian besar adalah sekolah yang ‘biasa’ saja. Bukan sekolah yang biasa dianggap favorit atau unggul. Bukan sekolah yang punya fasilitas yang berlebih. Banyak yang justru kekurangan secara sarana-prasarana. Sebagian juga berada di daerah tertinggal,” ungkap Anindito.

Menurut dia, uji coba di sekolah yang beragam dapat memastikan kurikulum yang sedang dikembangkan bisa diterapkan di beragam kondisi. Selain itu, uji coba tersebut juga dapat memberikan gambaran tentang bagaimana guru memaknai dan menerapkan sebuah kurikulum.

“Artinya, kurikulum dievaluasi oleh aktor paling penting: para guru! Dan evaluasi itu dilakukan dalam konteks nyata. Ini melengkapi model uji publik yang biasanya didominasi oleh akademisi dan pengamat yang hanya melihat dokumen kurikulum saja,” jelas dia.(qq)

Leave A Reply

Your email address will not be published.