“Melalui analisis ini, strategi keamanan dapat dikembangkan untuk mengatasi setiap situasi yang mungkin timbul,” sebutnya.
Kemudian, lanjutnya, yang kedua adalah langkah-langkah praktis seperti penempatan pos-pos pengamanan, pemeriksaan identitas, dan koordinasi dengan kepolisian setempat perlu dipertimbangkan dan diuji.
“Simulasi dapat mencakup skenario berbeda, seperti penanganan kejadian darurat atau pengelolaan antrian pemilih,” bebernya.
Yang ketiga, kata Brigjen Pol Dwi Iriyanto, pelibatan petugas TPS dalam simulasi penting untuk memastikan pemahaman mereka terhadap peran dan tanggung jawab keamanan. Pelatihan ini mencakup tindakan respons cepat terhadap situasi krisis dan pemahaman terkait protokol keamanan yang telah ditetapkan.
“Setelah simulasi selesai, dilakukan evaluasi menyeluruh untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan atau peningkatan. Hasil dari simulasi ini menjadi dasar untuk menyempurnakan rencana keamanan dan meningkatkan kesiapan TPS saat hari pemilihan tiba,” jelasnya, dilansir dari antara.
Secara keseluruhan, dia mengungkapkan bahwa simulasi pengamanan TPS merupakan langkah proaktif untuk memastikan pemilihan berlangsung dengan aman, teratur, dan bebas dari ancaman keamanan potensial. (sls)