Santri Asal Jombang Dapat Beasiswa ke Thailand

Aziz mengatakan bahwa dalam menyortir informasi beasiswa dan program yang akan diambil, baiknya seseorang perlu memiliki list tertentu agar tidak terseret dengan informasi program yang tidak kompatibel dengan latar belakang orang tersebut.

“Kan ada beasiswa banyak, tergantung kebutuhan kita juga. Saya misalnya, dengan background remediasi lingkungan, mengembalikan kondisi alam yang tercemar menjadi seperti semula dan nggak semua laboratorium support untuk penelitian itu. Jadi, kita cari informasi yang spesifik untuk diri kita,” jabar Aziz.

“Cari informasi yang pas dan spesifik saja. Kalau misalnya mencoba lalu gagal dan pola itu berulang, sekalian saja cari informasi program yang pas dengan kita, nggak serampangan,” tambahnya.

Ketiga, tidak segan membuka akses komunikasi dengan senior. Kiat ketiga ini diyakini Aziz sebagai langkah jitu untuk memuluskan hajat berkuliah di luar negeri. 

Dalam hal ini, Aziz mencontohkan untuk menghubungi kakak senior atau jika tidak memiliki sama sekali pihak yang dikenal di negara incaran, seseorang bisa mengontak perwakilan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), misalnya. 

“Kita yang junior kadang sungkan dan segan mengontak. Sebenarnya, senior ini sudah di sana dan pasti mau membantu ketika ada yang berniat lanjut sekolah ke luar negeri,” kata Presiden PPI Thailand itu.

Azizi menilai langkah ketiga ini sangat jarang diterapkan, tetapi justru banyak impact-nya. Padahal upaya cukup mudah untuk dilakukan, mengingat seseorang yang berkehendak untuk lanjut studi ke negeri orang, kemungkinan besar memiliki kemauan kuat dan kesiapan di titik tertentu. 

“Katakanlah saya mau menetap di sini (Thailand), saya kontak senior dulu. Karena mereka sudah tahu medannya dan tipsnya apa saja biar cepat dapat. Mungkin yang orang sering terlewat adalah poin ketiga tadi,” pungkasnya.

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.