Siasat Bank Sampah Kemayoran Gerakkan Warga Memilah Sampah

Ketika itu tim tak bisa membawa pulang gelar juara karena belum menjalankan manajemen sampah, hanya bisa mendapat penghargaan kategori rukun tetangga terfavorit.

Hadiah dari lomba tersebut kemudian menjadi bekal Esti dan suaminya membangun gedung untuk bank sampah di lokasi yang sebelumnya digunakan warga untuk membuang sampah.

Mereka memutuskan untuk melanjutkan usaha bank sampah dengan pengetahuan terbatas mengenai pengelolaan bank sampah.

“Dia (Slamet) bilang bank sampah harus jalan. Saya kan enggak belajar kemana-mana, karena sudah paham sampah harus dipilah baca-baca dari artikel,” kata Esti.

Dan usaha mereka berlanjut. Sekarang Esti mengurus bank sampah bersama tiga orang lain yang tinggal tak jauh dari bank sampah.

Keberadaan bank sampah itu membawa manfaat bagi warga sekitarnya, termasuk keluarga Nadia. Anak Nadia yang bernama Alfonsi sudah menabung sampah sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Alfonsi, yang kini belajar di sekolah menengah kejuruan di Kemayoran, punya tabungan sekitar Rp2 juta di bank sampah. Ia kadang menarik sebagian uang dalam tabungannya untuk membeli peralatan sekolah.

“Dulu setiap hari dia bawa sampah ke sini. Kata dia duit bisa diambil buat nambah-nambah kalau dia kuliah,” kata Nadia.

Sementara Din menjadi nasabah bank sampah dengan niat mengajari cucu belajar merawat lingkungan dengan memisahkan sampah organik dan anorganik.

Sekarang cucunya selalu bersemangat membantu memisahkan sampah untuk disetor ke bank.

“Sambil misahin botol, dia tanya emasnya bisa langsung diambil atau tidak,” kata Din.

Emas yang dia maksud merupakan bagian dari program tabungan emas PT Pegadaian, yang memungkinkan nasabah bank sampah Hijau Selaras Mandiri membuat rekening tabungan emas tanpa biaya administrasi dan titipan.

Program itu ditujukan untuk mendorong masyarakat memisahkan sampah organik dan non-organik serta menyetorkannya ke unit pengelolaan dan atau pengolahan sampah.

Demi Lingkungan Bersih

Esti, yang juga aktif dalam kelompok tani kelurahan, mengaku tidak terlalu memikirkan untung rugi dalam mengelola bank sampah.

Menurut dia, pengeluaran uang untuk operasi bank sampah umumnya tidak terlalu banyak, kecuali untuk membayar gaji pekerja.

Pengeluaran untuk biaya operasi hanya meningkat menjelang hari raya seperti Idul Fitri, karena banyak nasabah yang menarik uang mereka dari bank sampah.

“Pas menjelang Lebaran banyak yang ambil. Tapi mungkin tahun ini berubah karena banyak yang nyimpan di tabungan emas,” kata Esti.

Dia juga mengakui bahwa arus kas bank sampah belum terlalu lancar, antara lain karena penjualan pupuk belum bisa rutin dilakukan.

“Kalau anorganik kita ambil untung hanya sekitar 10 hingga 15 persen,” katanya merujuk pada keuntungan penjualan sampah anorganik ke pengepul.

“Tapi karena kita banyak organik, memang agak tricky (rumit) di situ,” ia menambahkan.

Meski masih beroperasi tanpa untung besar, Esti optimistis Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri bisa terus maju dan berkontribusi pada kebaikan lingkungan.

Dia berharap bank sampahnya bisa memberdayakan lebih banyak warga untuk memilah dan mengelola sampah.

“Kepengin lingkungan itu bersih. Pengin memberdayakan masyarakat belajar menyikapi sampah,” Esti menandaskan. (Ant/Red)

Leave A Reply

Your email address will not be published.