
“Di 2024 Golkar, Gerindra, dan Demokrat sama-sama berpeluang bisa usung jagoan masing-masing maju pilpres. Misalnya, Golkar mematok harga mati Airlangga Capres. Gerindra juga sudah deklarasi Prabowo maju kembali. Sementara Demokrat mematok AHY harga mati jadi pendamping Anies,” ucapnya.
Namun dari segi mesin partai menurutnya, Golkar dinilai lebih unggul dibanding Gerindra dan Demokrat. Adi menyebut hal itu lah yang menjadi kekuatan Golkar.
Selanjutnya kata Adi, dari segi mesin partai, pengalaman politik, serta kerja struktur dan kerja caleg, Golkar lebih diunggulkan. Salah satu anatomi kekuatan Golkar adalah kerja-kerja politik calegnya di pemilu.
“Buktinya, Golkar finish posisi kedua di pemilu 2019. Perolehan suaranya di DPR sedikit melewati Gerindra yang secara suara lebih banyak tapi ketika dikonversi jadi suara, Golkar unggul. Padahal Golkar tak bisa usung kader sendiri maju pilpres,” ucapnya.
Sedangkan Demokrat menurut Adi unggul dengan wajah-wajah muda. Dia mengatakan hal itu bisa menjadi modal Golkar meningkatkan elektabilitas di pileg.
“Di pemilu 2024 Demokrat terlihat banyak diisi oleh wajah-wajah muda. Ini bisa jadi modal besar untuk meningkatkan elektabilitas mereka di pileg. Bahkan Demokrat bisa memberi efek kejut yang bisa merangsek ke papan atas persaingan,” pungkas Adi.
Seperti diketahui berdasarkan hasil survei SMRC menunjukkan masih ada sekitar 20,9% dari jumlah pemilih yang belum memutuskan atau menentukan pilihan mereka pada pemilu 2024 mendatang.
Secara umum hasil survei dengan jawaban semi terbuka kepada sebanyak 18 partai, jika pemilu diadakan sekarang PDIP mendapat dukungan terbesar 24,1%.
Peringkat kedua dalam hasil survei SMRC adalah Golkar 9,4%, ketiga Gerindra 8,9%, keempat Demokrat 8,9%, Kelima Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 6,2%, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 6,1%, Perindo 4,6%, Nasdem 3,2%, PPP 2,9% dan PAN 1,7%. Sementara partai-partai lain di bawah 1%, dan yang belum tahu 20,9%. (Red)