Gerakan Inovasi Koperasi dan UKM di Kulonprogo Dapat Pengakuan Dunia

Menurut dia, para pelaku bisnis tidak cukup dengan kehidupan sejahtera semata tetapi harus diserta dengan indeks kebahagiaan sebagai ukuran.

“Kami membangun di Kulonprogo dengan pola pikir tersebut sehingga pemberdayaan koperasi dan gotong royong menjadi pilar utama dalam membangun daerah,” katanya.

Dalam forum yang dihadiri perwakilan dari berbagai negara di dunia ia menyampaikan bahwa koperasi di Kulonprogo bahkan bisa menjalin kerja sama denga toko ritel modern. Bahkan ritel modern tidak mampu bersaing menyesuaikan diri dan diganti toko milik koperasi/rakyat dengan nama Toko Milik Rakyat (TOMIRA).

“Begitu juga saya sampaikan bahwa perusahasn rakyat seperti PDAM di Kulonprogo mampu membuat air minum dalam kemasan sendiri sebagai wujud air rakyat untuk rakyat,” katanya.

Selain itu untuk keperluan beras sejak 2014, Bulog tidak lagi memasok rastra ke Kulonprogo melainkan memberikannya dalam bentuk uang kepada petani, UMKM, gabungan kelompok tani, serta koperasi petani sebesar Rp47 miliar pertahun.

Kegiatan lain yakni pengembangan batik sebagai produk unggulan rakyat yang diwajibkan agar dikenakan oleh para siswa dan PNS di Kabupaten Kulonprogo.

“Gotong royong bedah rumah mampu mengatasi masalah tanpa serupiah pun dari APBD dan APBN. Gotong royong memang sakti,” katanya.

Pada kesempatan itu, ia menyambut baik dengan disematkan namanya sabagai anggota anggota istimewa ICSB.

“Ini menjadi tanggung jawab baru bagi saya untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan lebih baik lagi di Kulonprogo tentunya, ini menambah motivasi yang tidak kecil bagi saya,” katanya.(Red/Ed)

Leave A Reply

Your email address will not be published.