NEW YORK CITY, Harnasnews – Harga minyak pada Selasa (14/3) anjlok di saat kolapsnya bank-bank Amerika Serikat (AS) dan angka inflasi yang masih tinggi menimbulkan kekhawatiran tentang risiko resesi.

West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April melemah 3,47 dolar AS (1 dolar AS = Rp15.380) atau 4,64 persen menjadi 71,33 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei turun 3,32 dolar AS atau 4,11 persen dan ditutup di angka 77,45 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Baik WTI maupun Brent mencatat penutupan terendah untuk kontrak front-month sejak 9 Desember, menurut Data Pasar Dow Jones.

Pada Senin (13/3), harga acuan minyak mentah AS merosot 2,45 persen, sementara minyak mentah Brent turun 2,43 persen.

Harga minyak melemah di saat para pedagang khawatir bahwa masalah bank-bank regional AS dapat berdampak negatif terhadap permintaan minyak.

“Pasar minyak bergerak seolah-olah resesi tidak dapat dihindari atau paling tidak kita menyaksikan deleveraging yang serius dari kontrak-kontrak minyak,” ujar Phil Flynn, analis senior dari The PRICE Futures Group, dalam sebuah catatan pada Selasa.

“Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan kekhawatiran hal serupa bakal menyebar masih terus berlanjut bahkan ketika saham-saham mulai stabil,” katanya, dikabarkan dari antara.

Regulator AS menutup SVB California pada Jumat (10/3), setelah pemberi pinjaman yang berfokus pada teknologi itu melaporkan kerugian besar dari penjualan sekuritas, yang memicu penarikan simpanan bank secara besar-besaran.