
Kasus Kusta Di Jawa Barat Alami Peningkatan, 55 Kasus Ditemukan di Kota Bekasi
KOTA BEKASI, Harnasnews.com – Kasus penyakit kusta di wilayah Jawa Barat tengah menjadi sorotan serius oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Di Kabupaten Bekasi, 245 kasus kista ditemukan dan mencatatkan diri sebagai angka tertinggi se-Jawa Barat saat ini.
Di Kota Bekasi, Dinas Kesehatan mencatat ada 55 kasus baru kusta sejak Januari hingga Juli 2025 yang tersebar berdasarkan data di sejumlah fasilitas kesehatan tingkat puskesmas. Angka tersebut disebut mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
“Dari Januari hingga Juli 2025, penemuan kasus kusta baru tercatat sebanyak 55 kasus. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 132 kasus,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bekasi, Vevi Herawati, saat dikonfirmasi, Senin 28 Juli 2025.
Berdasarkan data Sistem Informasi Penyakit Kusta (SIPK), Vevi menyebut bahwa mayoritas penderita kusta di Kota Bekasi berasal dari kelompok usia dewasa dan anak usia kurang dari 14 tahun.
“Berdasarkan SIPK, kasus kusta banyak ditemukan pada kelompok dewasa, yaitu sekitar 53 kasus. Sedangkan kelompok usia anak-anak di bawah 14 tahun hanya ditemukan 2 kasus,” jelasnya.
Menurut Vevi, penyakit kusta bisa ditularkan melalui kontak erat dan berkepanjangan dengan penderita kusta yang belum menjalani pengobatan. Oleh karena itu, edukasi kepada masyarakat sangat diperlukan agar mampu mengenali gejala awal dan segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan.
“Biasanya seseorang bisa tertular karena sering kontak dalam waktu lama dengan penderita kusta yang belum diobati. Maka dari itu kami tidak hanya menunggu laporan pasif, tapi juga aktif dalam menekan angka penyebaran,” ucapnya.
Vevi memaparkan bahwa penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Gejala awal kusta sering kali sulit dikenali karena muncul secara perlahan. Beberapa ciri yang umum dialami penderita antara lain munculnya bercak putih atau kemerahan di kulit yang mati rasa, penebalan kulit, serta gangguan pada saraf tepi yang menyebabkan kesemutan hingga kelemahan otot.
“Jika tidak segera ditangani, kusta bisa menyebabkan komplikasi serius. Oleh karena itu, penemuan dini dan pengobatan sedini mungkin menjadi kunci utama dalam mencegah dampak lanjutan,” Ujar Vevi
Dinas Kesehatan Kota Bekasi telah menjalankan sejumlah strategi guna menekan angka penyebaran kusta. Di antaranya adalah melakukan skrining terhadap kontak erat serumah penderita kusta oleh petugas puskesmas di wilayah domisili pasien, serta melaksanakan skrining kusta pada siswa sekolah dasar melalui program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
“Setiap puskesmas di Kota Bekasi sudah memberikan layanan kusta secara komprehensif. Jadi warga tidak perlu ragu untuk melakukan pemeriksaan jika mengalami gejala-gejala mencurigakan,” tegas Vevi.
Jika dibandingkan dengan Kabupaten Bekasi yang jumlah kasusnya masih mencapai ratusan, angka kasus di Kota Bekasi terbilang rendah dan menunjukkan tren penurunan yang cukup baik sepanjang tahun 2025.
“Berdasarkan data yang ada, kami melihat bahwa kasus kusta tahun 2025 cenderung mengalami penurunan. Ini karena Kota Bekasi sudah melakukan eliminasi setiap tahunnya. Jadi, hanya ditemukan kurang dari 1 kasus per 10.000 penduduk,” pungkasnya.
Dinas Kesehatan Kota Bekasi juga terus mengimbau warga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta tidak mengucilkan penderita kusta. Pasalnya, kusta bisa disembuhkan secara total jika mendapatkan pengobatan yang tepat dan tidak menular setelah menjalani pengobatan.(Mam)