Kemenkop dan UKM Fasililitasi Koperasi Kembangkan Produk Kreatif Unggulan Berbasis Kelapa

Terkait omzet usaha, Yohan Wijaya mengaku koperasi yang dipimpinnya telah memulai kegiatan sejak 2011 dengan dibantu 17 tenaga kerja ini memiliki omzet hampir satu miliar per bulan. Yaitu, produk tepung kelapa mencapai Rp500 juta per bulan, arang batok kelapa sekitar Rp30 juta, coco fiber sebesar Rp100 juta, nata Coco mencapai Rp 200 juta dan ditambah dari sabun cair dan batang yang dijual ke anggota koperasi.

Lebih jauh dia mengatakan, program pengembangan usaha koperasi sangat terbantu dengan adanya program kemitraan. “Kita suplai bahan baku dan kita pun menjadi distributor dari produk yang diolah bersama Rekadaya. End product nanti akan diproduksi di Pangandaran, sehingga memberikan manfaat lebih besar dengan penyerapan tenaga kerja,” katanya.

Dia menambahkan, para pemangku kepentingan dan masyarakat di 10 kecamatan di Kabupaten Pangandaran siap mendukung program industri hilir ini,” ujarnya.

Senada dengan Abdul Kadir Damanik, Yohan Wijaya optimistis produk olahan yang berasal serbuk dan serabut kelapa sawit bisa segera diproduksi. “Ya ini akan menjadi brand bagi Pangandaran, akan ada pengganti triplek seperti triplek dari serbuk dan serabut kelapa dan kasur Pangandaran. Nantinya ini bisa menjadi contoh dan pilot project nasional juga,” katanya.

Socialpreneur Baru

Sementara itu, Chief Executive of Business Development and Coorporate Rekadaya Multi Adiprima, Farri Aditya memperkirakan produk triplek, kasur serta produk furniture berbahan baku serat dan serabut kelapa bisa diproduksi secara bertahap mulai 2 bulan ke depan.

Pihaknya akan mempersiapkan teknologi yang dimiliki untuk membangun industri hilir tersebut. “Koperasi Produksi Mitra Kelapa ini semacam IKM-nya (industri kecil) dan kita sebagai industri menengahnya,” kata dia.

Program kemitraan koperasi ini, menurut dia, akan menghidupkan socialpreneur baru dengan membangun komunitas berdasarkan keunggulan daerah, yakni serat kelapa yang sudah ada akan dibentuk usaha di bidang itu sendiri.

“Modal dasar sudah ada. Mesin dan bahan baku tersedia. Tinggal menyuplai dan mengolah jadi produk. Pangandaran nanti akan jadi contoh se-Jawa Barat, bahkan bisa jadi contoh pengembangan industri nasional,” kata Aditya.

Saat ini, pihaknya akan terus berdiskusi tentang branding produk. Selanjutnya, produk berupa furniture bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, serta juga diproyeksikan bisa memperluas ke otomotif seperti komponen lapisan pintu dan lainnya. “Penyediaan teknologi yang dibutuhkan akan terus disiapkan, sekaligus juga mempersiapkan jalur distribusi produk,” kata Aditya. (Red/Dar)

Leave A Reply

Your email address will not be published.