KKP Dorong  Pembangunan  Akuakultur  Berbasis Digital 

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Koordinator Manajemen Program Digital Amoeba Telkom, Fauzan Feisal menyampaikan bahwa Telkom Indonesia sangat mendukung digitalisasi sektor-sektor ekonomi di Indonesia, salah satunya dimulai dari sektor agribisnis. Melalui program Digital Amoeba (sebagai pengelola inovasi dari karyawan), Telkom memulai pembangunan jaringan kerja digitalisasi dengan industri perikanan budidaya, karena kunci sukses digital adalah people, inovasi dan sharing-economy.

Salah satu inovasi digital akuakultur hasil kreasi anak muda yaitu Minapoli, yang mengambil peran sebagai hub jaringan informasi dan bisnis perikanan. Sebagaimana disampaikan oleh CEO-nya, Rully Setya Purnama, penyelenggaraan event Digifish 2018 dengan tema Connecting Aquaculture through Digital Innovation ini salah satunya untuk memperluas dan memperkuat jaringan perikanan agar tercipta sinergi yang lebih erat dan lebih baik bagi perkembangan industri perikanan ke arah yang lebih positif.

Pada acara yang sama juga ditampilkan berbagai inovasi digital yang mulai berkembang di bidang akuakultur diantaranya E-fishery, Iwa-Ke, fisHby, Jala, InFishta dan Growpal. E-fishery adalah teknologi pintar sebagai solusi pemberian pakan yang mudah dan efisien untu mengintegrasikan untuk pemberian pakan dengan metode continuous feeding untuk memenuhi pola makan udang yang terus menerus. Kemudian, Iwa-Ke merupakan start up yang bergerak dalam bidang distribusi beragam ikan seperti ikan nila merah, patin dan gurami melalui sarana informasi digital untuk pemasaran antaranya Go-Jek, Iwa-Ke Depot serta telah memiliki mitra pembudidaya lebih dari 60 Ha dan jaringan pembudidaya diberbagai provinsi.

FisHby merupakan start up digital akuakultur untuk menggalang dana yang dibutuhkan oleh pembudidaya kemudian menyalurkannya sesuai dengan perjanjian di awal. Berbeda dengan fisHby, Jala merupakan solusi bertambak udang yang menawarkan sistem manajemen terkini, dengan berbasis data, untuk membantu petambak untuk membuat keputusan manajemen yang tepat berdasarkan informasi aktual yang terjadi di tambak.

Dalam hal investasi akuakultur, start up berbasis digital seperti InFishta membantu pencarian modal invertasi perikanan yang dapat berdampak sosial sehingga membantu pembudidaya ikan untuk mendapatkan sumber modal, sekaligus mendapatkan keuntungan. Kemudian, Growpal memberikan peluang untuk membuat perubahan secara sosial melalui penanaman investasi dengan keuntungan yang menjanjikan di sektor perikanan dan kelautan.

Pemanfaatan teknologi informasi berbasis digital telah dilakukan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) yaitu pertama, sistem perizinan online melalui aplikasi kegiatan usaha bisnis akuakultur (AKUBISA) yang meliputi izin pemasukan ikan hidup (SIAPIH), izin pengangkutan ikan hidup hasil budidaya (SIKPI), serta rekomendasi pembudidayaan ikan penanaman modal (RPIPM). Kedua, pemanfaatan teknologi informasi melalui inovasi teknologi untuk mendorong peningkatan produktivitas, efisiensi usaha perikanan budidaya dan meningkatan daya saing produksi melalui aplikasi pemanfaatan autofeeder, penerapan budidaya sistem bioflok, serta budidaya sistem keramba jaring apung (KJA) offshore yang berbasis pada teknologi digital.(Red/Dar)

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.