
Oleh: Hadits Abdillah, S.Kom.
Konflik bersenjata kawasan Timur Tengah yang melibatkan Israel vs Iran dan sejumlah negara sekitarnya memunculkan rasa empati umat islam di Indonesia terhadap kondisi masyarakat yang ada di kawasan tersebut. Bahkan sejumlah kalangan menilai bahwa perlawanan Iran yang sebelumnya diserang terlebih dahulu oleh Israel itu sebagai bentuk pembelaan Iran dalam menjaga kedaulatan negaranya dari ancaman pihak luar.
Namun yang lebih menarik, sejumlah ustadz di Indonesia yang diduga berafiliasi dengan faham wahabi menyikapinya bahwa sejatinya Israel dan Iran adalah bestie (sahabat). Dan perlawanan Iran kepada Israel bukan karena Iran pro Palestine. Bahkan sejumlah ustad yang berfaham wahabi membantah bahwa perlawanan Iran kepada negara Zionis Israel itu bukan karena negara yang dipimpin oleh Ayattullah Ali Khumani itu pro Palestina.
Tidak berhenti sampai di situ, banyak ustadz dari kalangan wahabi lainnya di Indonesia juga menyebutkan, baik Israel maupun Iran merupakan dua negara yang sama-sama sebagai penindas, dan menuding Israel menindas warga Gaza di Palestina, sementara Iran menindas warga Sunni di Irak dan umat Islam yang ada di Syiria.
Umat Islam Indonesia Jangan Terjebak Propaganda Faham Wahabi
Sebelumnya, sejumlah jenderal dan tokoh penting di Iran berguguran menjadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh agen Mossad (Intelejen Israel). Dari situ dapat difahami bahwa Iran yang memiliki sistem pertahanan dan intelijen yang cukup bagus dapat dibobol oleh kelompok zionis Yahudi. Bagaimana jika pemerintah Indonesia tidak berhati-hati maka tidak menutup kemungkinan bakal dimanfaatkan oleh agen-agen Zionis Yahudi di Indonesia yang berkedok ustadz dari kalangan wahabi mengadu domba antarumat islam.
Sebab ustadz-ustadz di Indonesia yang diduga berafiliasi dengan kelompok Wahabi akhir-akhir ini kerap membenturkan persoalan perlawanan Iran dengan Israel itu agar umat islam tidak terjebak dalam konflik di Timur Tengah, lantaran Iran itu merupakan negara yang menganut faham Syi’ah.
Tidak dipungkiri, agen Mossad di seluruh dunia melalui kelompok-kelompok islam diduga tengah mengkampanyekan untuk membenturkan faham Sunni dengan Syi’ah, tak terkecuali di Indonesia, banyak ustadz mulai membela Israel, tak ubahnya para petinggi negara teluk di timur tengah yang saat ini lebih bestie dengan Amerika dan Israel ketimbang dengan Palestina dan Iran.
Fenomena ini tentunya harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia yang selama ini terus memperjuangkan kemerdekaan Palestina melalui perwakilannya di PBB. Sebagaimana dukungan Iran terhadap kebebasan warga Palestina di Gaza. Terkait dengan pro dan kontra sejumlah ustadz yang diduga berafiliasi dengan Wahabi dalam menyikapi perang Iran vs Israel, setidaknya bisa ditarik kesimpulan ternyata agen zionis Yahudi juga tengah menyusup kepada kelompok-kelompok islam di Indonesia. Waspadalah!!!
Wahabi Mengkafirkan Kelompok yang Tak Sepaham
Wahabi adalah salah satu pemahaman yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Pemahaman ini dinisbatkan atas nama bapaknya Abdul Wahab kepada Wahabi, tidak kepada namanya sendiri yaitu Muhammad.
Ini terjadi karena kesepakatan ulama supaya umat Islam tidak keliru dengan pemahaman yang dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahab dan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Muhammad bin Abdul Wahab adalah orang yang lemah ingatan dan gagap. Ayah dan kakaknya sendiri menganggap dia tidak waras. Muhammad bin Abdul Wahab sangat terpengaruh dengan ajaran Ibnu Taimiyah yang mempunyai pemahaman Mujassimah.
Kemudian dia mengembara dan belajar di Basrah. Berguru dengan Syaikh Muhammad Al-Majmui yaitu Mr. Hempher, orang Yahudi yang menyamar sebagai ulama. Dia adalah seorang yang pakar ahli Bahasa Arab, Turki, Parsi dan telah lama mempelajari Islam.
Mr. Hemher mengasuh Muhammad bin Abdul Wahab dengan hadiah Mut’ah dua orang agen perempuan Yahudi yang menyamar sebagai muslimah.
Maka dengan mudah Yahudi mengatur untuk mengajar Muhammad bin Abdul Wahab tentang pemahaman yang baru yang sesuai dengan rancangan Yahudi tersebut.
Dengan ajaran baru itu, Muhammad bin Abdul Wahab kembali ke kampung halamannya. Namun kedatangannya ditentang dan diusir oleh bapaknya sendiri yaitu seorang Ulama Suni (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah).
Setelah diusir oleh bapaknya, Muhammad bin Abdul Wahab terus menyebarkan ajarannya itu ke seluruh Najd atau yang sekarang disebut dengan Arab Saudi.
Perjuangan yang disebarkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab itu dipantau oleh Mr. Hempher dan didukung oleh Kerajaan Inggris. Muhammad bin Abdul Wahab membawa misi Yahudi kepada para pemimpin Arab.
Pada tahun 1747 M, Muhammad bin Abdul Wahab bertemu dengan Muhammad bin Sa’ud. Dia adalah keturunan Yahudi asli dan bergabunglah Muhammad bin Abdul Wahab dengan Muhammad bin Sa’ud untuk mengembangkan ajaran Wahabi tersebut.
Diantara ajaran-ajaran Wahabi adalah siapa yang tidak ikut Wahabi dianggap sesat, kafir, halal darah dan hartanya dirampas. Dengan fatwa Wahabi ini maka orang-orang yang tidak ikut dengan Wahabi akan dibunuh dan hartanya akan dirampas.
Kaum Wahabi sendiri melancarkan perang didalam dan diluar wilayah Arab Saudi (Najd) seperti Yaman, Hijjaz, daerah sekitar Syria dan Irak.
Wahabi Produk Zionis
“Mereka yang diteriaki Syiah adalah mereka yang justru berada di front depan dan perkasa melawan Israel. Sementara mereka yang berteriak merasa paling murni keislamannya justru berkomplot dan menjadi kacung zionisme.”
Itulah kalimat paling pas untuk menggambarkan kondisi saat ini. Beberapa waktu lalu, Israel menyerang Konsulat Iran di Suriah dan menewaskan beberapa orang. Saat khutbah Idulfitri, pemimpin tertinggi Iran bersumpah akan balas dendam. Tidak berselang lama, Iran benar-benar menghujani zionis Israel dengan ratusan drone. Israel pun segera mengadu ke Dewan Keamanan PBB, dan yang terjadi selanjutnya sangat lucu namun ironis.
Yordania, yang memiliki relasi dekat dengan Israel, ikut campur menahan serangan Iran ke Israel. Arab Saudi dan sekutu AS lainnya juga sama: memilih berada di pihak zionis-kafir daripada berpihak kepada Iran—rival Saudi dalam perebutan proksi di Timur Tengah. Sekalipun tidak mengherankan, itu sangat disayangkan. Bagaimana bisa negara yang berpenduduk Muslim justru ikut cium ketiak zionis? Itu pengkhianatan.
Namun demikian, apa yang Iran lakukan tidak hanya mempertegas pengkhianatan Arab Saudi demi menghegemoni Timur Tengah, melainkan juga menyingkap topeng kemunafikan mazhab dan ideologi resmi Saudi itu sendiri, yaitu Wahabisme. Selama ini, kaum Wahabi selalu berteriak anti-Syiah, menjelekkan Syiah, menstigmatisasinya. Ternyata, kaum Wahabi sendiri jauh lebih munafik karena justru berada di pihak zionis.
Seperti ideologi Khawarij di era Islam awal, Wahabisme memperburuk citra Iran melalui stigmatisasi Syiah. Pada saat yang sama, kaum Wahabi mendukung Israel—dan sekutunya seperti AS, untuk memperbesar pengaruh politiknya di Timur Tengah. Di Indonesia, perdebatan tentang itu semakin jelas yang kemudian meniscayakan satu hal: perlunya kewaspadaan Indonesia. Waspada dari apa? Propaganda Wahabisme.
Apakah ini artinya Syiah Iran harus didukung? Tidak juga. Yang perlu dilawan adalah stigmatisasinya, bukan berarti mendukung ideloginya. Namun dalam konflik Iran, memihak zionisme tidak pernah merupakan pilihan yang bagus. Sebagaimana ideologi Khawarij, Wahabisme mesti diperangi dan Indonesia wajib waspada!
Wahabisme dan Ideologi Khawarij
Konflik Iran-Israel boleh jadi akan meluas di Timur Tengah, yang mau tidak mau umat Islam mesti segera menentukan di sisi mana mereka akan berpihak. Faktanya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) adalah sekutu zionis: AS dan Israel, yang ikut andil dalam membiarkan genosida Palestina berkepanjangan. Bahkan sekalipun Syiah dengan Sunni memiliki permusuhan doktrinal, memihak penganut Wahabisme adalah fatal.
Wahabisme dan Khawarij memiliki beberapa kesamaan ideologi dalam konteks ekstremisme-terorisme yang merusak citra Islam. Misalnya, keduanya menawarkan pendekatan literer dan eksklusif dalam penafsiran agama. Wahabisme, menekankan puritanisasi dengan menolak tradisi dan lokalitas. Begitu juga ideologi Khawarij, menolak otoritas dan menuntut pemahaman yang rigid-ekstrem.
Selain itu, keduanya menganggap seluruh Muslim yang tidak sepaham sebagai kafir atau murtad. Wahabisme menyalahkan umat Islam lainnya karena dianggap menyimpang dari ajaran murni Islam, sedangkan Khawarij menyatakan kafir terhadap pemerintah dan masyarakat yang dianggap tidak menaati syariat. Dan yang terparah, ketimbang Syiah, Wahabi dan Khawarij adalah aktor terorisme global.
Mereka membantai 300 laki-laki di wilayah Kota Al-Ahsa dan merampas harta milik mereka. Pasukan Muhammad bin Saud dan Muhammad bin Abdul Wahab terus melakukan kekejaman diseluruh Arab.
Siapa saja yang tidak taat kepada ajarannya wajib berbai’at dan apabila melawan wajib dibunuh serta harta miliknya dirampas.
Diantara umat Islam yang paling banyak dibunuh oleh pasukan ini adalah keturunan Rasulullah SAW. Namun diantara keturunan Rasulullah SAW ada yang sempat melarikan diri ke Malaysia dan Indonesia.
Peninggalan Rasulullah SAW dimusnahkan supaya umat Islam tidak lagi mengagungkan dan memuliakan Rasulullah SAW dan keturunannya.
Pada tahun 1793 M Muhammad bin Abdul Wahab meninggal dunia. Namun ajaran Wahabi ini sendiri semakin berkembang dengan dukungan dan bantuan keluarga Muhammad bin Sa’ud, kerajaan Inggris dan Yahudi.
Dinasti As-Sa’ud dan golongan Wahabi terus meluaskan jajahannya hingga tahun 1912 M dan berhasil menguasai seluruh Najd (Arab Saudi). Wallahu A’lam Bissawab.
Penulis: Pimpinan Redaksi Mediakarya.id (Harnasnews Grup)