Program BPRL Mendorong Petani Menjadi Pengusaha Mandiri Melalui SL

BERITA

Para Petani langsung mempraktikkan edukasi yang didapat dalam Sekolah Lapang program BPRL.

PASURUAN, Harnasnews – Kembali dilaksanakan Sekolah Lapang yang merupakan bagian dari Program Budidaya Padi Ramah Lingkungan (BPRL), merupakan bentuk keseriusan AQUA Keboncandi yang bermitra dengan Yayasan Sekola Konang Indonesia (YSKI).

Diketahui program BPRL sendiri memiliki tujuan untuk lebih mengenalkan teknologi budidaya padi dengan menggunakan organik serta tidak menggunakan bahan kimia pada prosesnya.

Sekolah Lapang (SL) kini telah memasuki Tema 3, 9, dan 10. Pada SL tema 3 dengan materi Lanjutan Materi SL Budidaya Padi Terencana dan Terukur Dalam Fokus Materi Pada Analisa Hasil Usaha Tani dan Pola Konsumsi Beras Sehat Untuk Kemandirian Pangan.

“Hari ini dalam SL tema 3, diberikan edukasi kepada petani untuk bagaimana bisa memperbanyak jumlah populasi dalam satu lahan,” ucap pemateri dari LSP Pertanian Seloliman, Khiorul Arifin pada Rabu (06/03/2024).

Pada SL Tema 3, petani langsung turun kedalam lahan milik salah satu petani untuk mepraktikkan apa yang telah didapat dari pemateri. Adapun materi yang didapatkan meliputi dari teknologi tanam Legowo.

Pada tata cara tanam Legowo memiliki bayak manfaat yang banyak nantinya untuk petani, dan berperan pada hasil panen yang akan diperoleh oleh para petani.

Petani diharuskan menyediakan pupuk cair untuk pupuk vegetatif dan generatif. Pupuk cair untuk dosis umur padi pada 2 minggu dan 4 minggu (prinsip pemupukan ,selalu ada pengulangan dan peningkatan dosis pupuk cair dengan evaluasi jika jumlah benih masih banyak, penanaman masih terlalu dalam).

“Melalui metode ini, petani bisa bisa menganalisa pertumbuhan padi dilahan dengan proses tumbuh padi sehingga dapat melakukan evalusai secara berjenjang,” urai Arif.

Dalam Sekolah Lapang Tema 9 dan 10 diberikan edukasi ke para petani untuk melakukan persiapan panen yang ideal dan managemen usaha tani berkelanjutan.

Petani melakukan Pengubinan lahan siap panen dengan pengambilan sample pada lahan bagian tengah dengan ukuran 2,5 m2, kemudian padi yang berada di dalam kotak yang sudah dibuat dipanen lebih awal.

“Setelah pengubinan, petani bisa melakukan perhitungan dengan menyesuaikan luasan lahan dan menyesuaikan metode tanam, ini berfungsi untuk supaya petani bisa menghitung perkiraan hasi panen,” terang Arif.

Ditema terakhir, yakni Sekolah Lapang Seri 10 diberikan edukasi kepada petani untuk bisa melakukan managemen dalam menghitung modal yang diperlukan untuk sekali musim dengan luasan lahan sesuai dengan yang dimiliki oleh masing-masing Petani.

Sampai akhirnya petani bisa tahu berapa margin yang akan didapatkan ketika panen yang dihasilkan sesuai dengan perhitungan strandart per hektar, dari hasil yang didapat selama satu kali yang diutamakan adalah menghitung konsumsi untuk keluarga petani tersebut.

Ketika sudah cukup untuk konsumsi sendiri, berikutnya petani bisa memasarkan hasil panen disekitaran yang menjadi pelanggan pertama adalah tetangga sekitar rumah dan bisa dipasarkan melalui rekanan atau media sosisal.

“Dengan metode ini petani diajak agar bisa menjadi pengusaha mandiri, sehingga usaha yang telah berjalan bisa terus berkelanjutan. Petani sendiri bisa lebih mudah menghitung laba serta permodalan selanjutnya,” tutup Pemateri.(Hid)

Leave A Reply

Your email address will not be published.