Sejarawan Bekasi, Ali Anwar Sesalkan Pencurian Plat Tembaga Monumen Kali Bekasi

KOTA BEKASI, Harnasnews.com – Monumen merupakan bentuk pernah terjadinya suatu peristiwa bersejarah di lokasi tersebut. Salah satunya Monumen Kali Bekasi yang berlokasi di dekat Stasiun Bekasi, Jl. Ir. Juanda, Bekasi Timur.

Monumen Kali Bekasi ini adalah sebuah monumen simbol Persahabatan antara Jepang dan Indonesia pasca merdeka pada 1945.

Namun sayangnya, monumen bersejarah tersebut kini terjamah oleh tangan jahil orang yg tidak bertanggung jawab. Beberapa bagian plat monumen yang terbuat dari tembaga raib di curi orang.

Sejarawan dan Budayawan Bekasi, Ali Anwar sangat menyayangkan dan merasa prihatin atas aksi pencurian monumen bersejarah tersebut.

“Monumen ini wujud dan simbol perjuangan dan patriotisme Bekasi. Yang merusak dikatagorikan sebagai pengkhianat rakyat Bekasi,” ujar Ali Anwar ketika dihubungi awak media pada Senin (23/06/25).

Ia juga berharap bahwa pelakunya cepat ditangkap dan dihukum setimpal atas perbuatannya. Selain itu, ia juga meminta kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bekasi untuk segera melaporkan kejadian itu ke polisi serta melakukan pengamanan ekstra kepada Pemkot Bekasi dengan memasang CCTV.

“Yang tanggung jawab ya pencurinya. Makanya pemkot harus segera lapor ke polisi, terus polisi melakukan penyidikan, penyelidikan, dan penangkapan. Sedangkan pemda melakukan pengamanan, terutama memperkuat pemagaran dan memasang CCTV,” imbuhnya.

Sejarah Yang Menghiasi Berdirinya Monumen Kali Bekasi

Sejarah berdirinya monumen Kali Bekasi tidak lepas dari terjadinya tragedi pembantaian 90 tentara Kaigun oleh rakyat Bekasi yang dikomandoi Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Bekasi, Letnan Dua Zakaria Burhanuddin pada 19 Oktober 1945.

Ke-90 tentara Jepang ini dalam perjalanan dengan menggunakan kereta api menuju bandara Kali Jati, Subang untuk pulang ke kampung halaman. Hal ini terjadi setelah Jepang menyerah kepada sekutu tanpa syarat.

Peristiwa berawal ketika komandan TKR Jatinegara Mayor Sambas Atmadinata menghubungi komandan TKR Bekasi Letnan Dua Zakaria Burhanudin yang mengatakan bahwa akan ada kereta dari Jatinegara menuju Kali Jati berisi 90 tentara Jepang.

Ketika dalam perjalanan menuju Kali Jati, kereta yang dinaiki para tentara Jepang ini dihadang laskar pejuang di stasiun Bekasi. Para laskar memaksa untuk melakukan pemeriksaan terhadap kereta yang dinaiki para serdadu Jepang, karena dicurigai membawa banyak senjata.

Komandan TKR Bekasi, Letnan Dua Zakaria Burhanudin yang memerintahkan untuk menggeledah kereta dan terlibat dalam pertempuran yang mengakibatkan kematian 90 tentara Jepang.

“Lalu Letnan Dua Zakaria Burhanudin memerintahkan anggotanya serta petugas kereta untum mengalihkan kereta tersebut ke jalur buntu yang menghadap langsung ke Kali Bekasi,” kata Ali Anwar.

Jalur tersebut buntu dan tidak digunakan lagi, sehingga kereta tersebut tidak dapat melintas. Setelah kereta berhenti, Letnan Dua Zakaria Burhanudin kemudian naik ke kereta tersebut dan mencoba mengetuk pintu kereta untuk bertemu dengan tentara Jepang yang ada di dalamnya.

“Selama 15 menit Zakaria mengetuk pintu namun tidak mendapat tanggapan, lalu kemudian ada seorang tentara Jepang keluar yang meminta untuk bertemu dengan komandannya,” ungkap Ali Anwar.

Letnan Dua Zakaria Burhanudin yang juga pernah ikut pendidikan Heiho ini kemudian kembali meminta komandan tentara Jepang keluar. Ia sendiri telah menyiapkan senjatanya untuk menjaga kemungkinan.

“Betul, ketika komandan tentara Jepang ini keluar dengan pistol hendak menembak letnan dua Zakaria, namun Zakaria sudah lebih dulu melakukan penembakan kepada komandan tentara Jepang itu,” kata Ali.

Setalah komandannya terbunuh, lalu terjadilah saling pukul antara para tentara TKR yang juga dibantu laskar pejuang dan masyarakat yang ada dengan para serdadu Jepang yang ada di dalam kereta.

Lalu merasa kewalahan, sejumlah tentara Jepang mencoba lari ke belakang gerbong kereta untum mengambil senjata. Namun hal itu sudah diantisipasi karena dihadang para pejuang dan masyarakat yang telah berada di belakang kereta terlebih dahulu.

“Semuanya lalu ditangkap dan dibunuh, lalu mayatnya dibuang ke Kali Bekasi,” pungkasnya. (Mam)

Leave A Reply

Your email address will not be published.